LIPI Sebut Potensi Gempa di Lembang Luput Perhatian Publik
- VIVAnews/Riefki Farandika Pratama
VIVA.co.id – Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Eko Yulianto menilai, keberadaan patahan Lembang di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, kurang menjadi perhatian masyarakat luas.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama, karena potensi gempa di sekitar wilayah patahan Lembang harus diwaspadai. Sebab, kondisi saat bangunan yang ada di kawasan patahan Lembang tidak memiliki konstruksi kuat dari guncangan gempa.
Seharusnya, bangunan di daerah patahan mengadopsi teknik ramah gempa, sehingga tahan goncangan. "Kalau saya perhatikan, ngobrol-ngobrol dengan tukang, mereka mengerjakannya biasa saja," kata Eko di Bandung Jawa Barat, Rabu 14 Desember 2016.
Bahkan, terdapat satu apartemen di kawasan Jalan Sersan Bajuri, tepat berdiri di atas patahan Lembang. Selain itu, terdapat juga sejumlah bangunan strategis milik pemerintah yang dibangun di atas patahan aktif ini.
Eko menyebut, jika patahan aktif, ini mengakibatkan guncangan, akan berdampak besar terhadap bangunan tersebut. "Kalau yang dulu-dulu mungkin, karena tidak tahu adanya sesar (aktif) ini," ujarnya.
Kendati demikian, maraknya alih fungsi lahan dan keberadaan bangunan tidak menstimulus guncangan terhadap patahan aktif tersebut. "Tidak berpengaruh sama sekali, tidak akan mempercepat pergerakan sesarnya," terangnya.
Sebelumnya, Geoteknologi LIPI menyatakan, potensi gempa yang dipicu gerakan tanah patahan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat, harus diwaspadai.
Retakan sepanjang 22 kilometer dari kaki Gunung Manglayang sampai kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, berpotensi terjadi goncangan berkekuatan besar. Potensi tersebut berdasarkan penelitian geologi, geofisika, geodesi dan antropologi. Patahan tersebut masih aktif.
Dari pendekatan geofisika 2009 sampai dengan 2012, tercatat 10 kali gempa meski berkekuatan di bawah 3 Skala Richter. Sedangkan pada pendekatan geodesi melalui penggunaan GPS yang ditanam, pergerakan patahan terpantau sekitar 3-6 milimeter per tahun. (asp)