BMKG: Frekuensi Gempa Susulan di Aceh Menurun

SD Negeri Peulandok Tunong, Pidie Jaya, Aceh rusak parah akibat gempa
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Anwar Sadat

VIVA.co.id – Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat frekuensi gempa susulan sejak Rabu, 7 Desember 2016 di wilayah Pidie,  Provinsi Aceh, terus menurun. Sejak Minggu dini hari, 11 Desember, BMKG mencatat gempa susulan terjadi hanya satu kali. 

Dibandingkan Sabtu kemarin,  BMKG mencatat terjadi gempa susulan sebanyak enam kali. Sementara total gempa susulan sejak Rabu tercatat sebanyak 73 kali. 

"Mengingat frekuensi kejadian gempa bumi susulan yang semakin jarang terjadi, maka kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang, dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selama ini isu akan terjadinya gempa bumi besar dan menimbulkan tsunami hanyalah berita bohong, tidak pernah terbukti kebenarannya," kata Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, di Jakarta,  Minggu 11 Desember 2016.

Menurut Daryono,  tren frekuensi gempa susulan yang semakin meluruh ini,  merupakan sinyal positif bahwa aktivitas gempa bumi susulan segera berakhir dan habis energinya.

Ia menambahkan, diteliti oleh BMKG, sebaran secara spasial ke-73 episenter gempa susulan tampak membentuk sebuah klaster sebaran pusat gempa bumi yang berarah dari tenggara hingga barat laut

"(Artinya) pusat-pusat gempa bumi susulan ini tidak saja terkonsentrasi di wilayah Pidie Jaya daratan, tetapi juga tersebar di laut," jelas Daryono.

Apabila sebaran episenter gempa bumi susulan ini, tambah Daryono, menggambarkan sebuah proses rekahan atau rupture batuan, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa gempa bumi Pidie Jaya telah menciptakan sebuah penyesaran/patahan kerak bumi di kedalaman dangkal dengan arah tenggara-barat laut, dari daratan Pidie Jaya hingga menerus ke laut.

Diketahui,  bencana gempa bumi berkekuatan 6,5 Skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Pidie, Aceh, sekitar pukul 05.03 WIB, Rabu, 7 Desember 2016.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan data korban jiwa yang meninggal dunia akibat musibah itu, dikoreksi menjadi 100 jiwa yang tewas. Sebelumnya sempat dirilis 102 jiwa korban tewas.