Salat di Atas Motor, Pemuda Jepara Ditangkap
- VIVA.co.id/facebook/Dwi Royanto
VIVA.co.id – Sejumlah pemuda di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah diamankan Kepolisian setempat usai mengunggah foto mereka yang dianggap melecehkan agama.
Dalam foto yang beredar di jejaring sosial, terlihat ada lima pemuda terlihat berpura-pura mempraktikan gaya salat umat muslim. Namun dengan cara yang tidak pantas.
Mereka menggelarnya di tengah jalan, lalu dipimpin imam yang tidak berbaju, bercelana pendek dan parahnya lagi berdiri di atas dua motor yang disusun di depan jemaah yang sedang berpura-pura salat.
Ulah konyol itu pun di foto dan dibagikan di jejaring sosial pada Senin, 5 Desember 2016. Tak ayal, foto itu dalam sekejap menuai kecaman. Banyak pihak yang berkomentar resah terkait foto tersebut di sejumlah percakapan group facebook.
Karena itu, Kepolisian pun tak tinggal diam. Sehari setelah foto itu menjadi viral aparat dari Polres Jepara langsung melakukan penelusuran. Alhasil enam pemuda yang terlibat dalam adegan foto itu pun ditangkap.
Menurut Kepala Kepolisian Resort Jepara, Ajun Komisaris Besar Polisi Samsu Arifin, penangkapan terhadap keenam pemuda itu untuk mengantisipasi keresahan masyarakat. "Awalnya kami dapati satu pemuda yang jadi imam dalam foto itu. Setelah dilakukan penyelidikan kamu temukan enam remaja. Kita datangi rumahnya, " ujar Samsu, Selasa, 6 Desember 2016.
Keenam pemuda itu masing-masing KM (15), MA (16), MJ (15), MS (15), RK (16) dan DC (16 tahun). Mereka merupakan pelajar yang masih satu sekolah di Kabupaten Jepara.
Sementara Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jepara, Ajun Komisari Polisi Suwarsono menambahkan, setelah meminta keterangan terhadap para pelaku, foto itu diambil di obyek wisata Pantai Kartini Jepara, sepekan lalu.
Dari pengakuan mereka kepada polisi, enam pemuda itu mengaku tidak tahu jika adegan foto itu akan membuat resah. Mereka bahkan mengaku menyesal dan tidak berniat melecehkan agama Islam. "Jadi ngakunya iseng ingin foto terus jadi terkenal. Masih kecil-kecil meeka, saat ditanya jawabnya polos dan tak tahu dampak yang ditimbulkan, " kata Suwarsono.
Sumarsono berharap, kejadian itu agar menjadi pelajaran bagi pelajar lain untuk behati-hati memanfaatkan sosial media. Terkait nasib enam pemuda itu, polisi ahirnya melepaskan mereka dan mewajibkan wajib lapor dan apel setiap hari Senin dan Kamis. "Kita bina. Yang penting masyarakat tahu mereka tak punya tujuan jahat," katanya.
(mus)