Panglima TNI Bantah Tangkap Penyusup yang Ingin Bunuh Jokowi

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Gatot Nurmantyo, membantah kabar yang menyebutkan ada penyusup dalam kegiatan Aksi Bela Islam III di Lapangan Monas, Jakarta, pada Jumat, 2 Desember 2016.

Kabar yang beredar di media sosial itu menyebutkan ada penyusup yang dibayar pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atau Ahoker membunuh Presiden Joko Widodo dan Rizieq Shihab, pemimpin Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia.
 
Panglima mengaku menjadi saksi saat Presiden menemui para peserta Aksi Bela Islam III di Lapangan Monas. Dia berada di belakang Presiden dan memastikan tidak ada personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang menangkap seseorang.

“Tidak ada anggota Pasukan Pengamanan Kepresidenan yang menangkap salah satu oknum, yang ditengarai merupakan salah satu pendukung Ahoker,” kata Panglima melalui siaran pers Pusat Penerangan TNI yang diterima VIVA.co.id pada Minggu malam, 4 Desember 2016.

Dia mengimbau masyarakat lebih waspada dan selektif menerima informasi ataupun berita yang disebarkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab melalui media massa, terutama media sosial.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Wuryanto, memuji peserta Aksi Bela Islam III yang berunjuk rasa dengan tertib. Kegiatan itu jangan dinodai isu ataupun berita tidak benar yang bertujuan untuk mencederai umat Islam Indonesia. “Jangan membenturkan kelompok yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya,” katanya.
 
Menurut Wuryanto, kegiatan Aksi Super Damai 212 itu berjalan aman. “Ini benar-benar menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin (agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta),” katanya.