Miris, Gaji Guru Honorer di Daerah Ini Rp100 Ribu Per Bulan

Ilustrasi guru mengajar.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Dalam kurun beberapa tahun terakhir ini kesejahteraan guru terangkat dengan adanya sertifikasi guru yang besarannya mencapai jutaan rupiah. Bahkan, dengan tunjangan guru yang nilainya siginifikan itu, banyak guru yang mulai 'naik kelas' dengan membeli kendaraan roda empat, meskipun dengan cara kredit.

Namun, di balik peningkatan kesejahteraan guru dengan adanya tunjangan sertifikasi itu, nyatanya masih banyak pendidik calon generasi bangsa ini hidup dalam kondisi memprihatinkan. Salah satu contohnya adalah guru tidak tetap atau GTT yang penghasilan per bulannya hanya Rp100 ribu.

Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (disdikpora) Kabupaten  Gunungkidul, Yogyakarta, Bahron Rosyid mengatakan, ada sekitar 3.000 an GTT yang ada di Gunungkidul, yang sebagian besar masih di bawah Upah Minimun Kabupaten (UMK) Rp1.337.650 per bulannya.

"Bahkan masih ada yang gajinya hanya Rp100 ribu per bulan," katanya, Kamis, 25 November 2016.

Upah GTT tergantung pada masing-masing sekolah yang ada. Padahal, GTT memiliki peran penting dalam pendidikan di Gunungkidul, karena dengan jumlah guru PNS yang ada saat ini masih kurang.

"Saat ini, jika dijumlah antara guru PNS dan GTT sudah mencukupi untuk jumlah pengajarnya," ujarnya

Bahron yang juga Ketua PGRI Gunungkidul mengatakan pihaknya masih mengupayakan agar para GTT yang jauh dibawah UMK bisa mendapatkan haknya. "Kita terus berupaya agar para GTT bisa mendapatkan gaji layak, paling tidak UMK,"ulasnya.

Di samping itu, selain upah layak, pihaknya terus melakukan upaya agar kualitas guru juga meningkat, karena sampai saat ini Gunungkidul berada di peringkat terbawah rata-rata nilai di tingkat DIY.

Salah seorang GTT, Bayu Prihantanto, mengakui honor yang dia terima dari mengajar di sekolah sebesar Rp300 ribu per bulan. Ia mendapatkan bantuan tunjangan dari pemerintah Rp150 ribu per bulannya yang diterima tiga bulan sekali.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bayu tak hanya mengandalkan penghasilan dari mengajar saja. Ia harus pintar membagi waktu, untuk mengajar sembari bekerja pada sektor lain.

"Saya berusaha membuka warung makan dan menulis di media online lokal. Kalau mengandalkan gaji dari guru jelas tidak cukup," katanya. Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan GTT karena masih jauh dari UMK.

Tak berbeda dengan Kabupaten Gunungkidul, GTT di Kabupaten Bantul juga masih ada yang gajinya Rp100 ribu hingga Rp300 ribu per bulannya.

"Itu banyak guru Taman Kanak-Kanak yang gajinya hanya Rp100 ribu namun tetap saja semangat mengajar," kata Subchan Nawawi, Anggota Komisi D DPRD Bantul.

GTT sendiri kata Subchan juga mendapatkan dana insentif dari Pemda Bantul sebesar Rp300 ribu per bulan yang dibagikan tiga bulan sekali. "Tapi ya itu masih sangat kecil dibandingkan pengorbanan yang dilakukan GTT," ucapnya.