Dua Warga Bonyok usai Dianiaya Belasan Tentara di Ambon
- VIVA.co.id/Angkotasan
VIVA.co.id - Dua warga bonyok, setelah diduga dianiaya belasan oknum tentara di Desa Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, pada Selasa malam. Mereka sampai harus dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon pada Rabu 2 November 2016.
Dua warga yang menjadi korban penganiayaan oknum prajurit TNI Angkatan Udara itu diketahui bernama Jakob Enus dan Ricardo Tanah Hitumesing. Luka memar tak hanya pada muka mereka, tetapi juga di sejukur tubuh.
Ricardo menceritakan, awalnya dia mengendarai sepeda motor dan nyaris bersenggolan dengan seorang oknum tentara di sebuah tikungan. Mereka saling menatap karena peristiwa itu.
Ricardo tak menyangka tatapannya berbuah petaka. Oknum anggota tentara pada Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Pattimura itu, lalu menghadangnya dan menanyakan korban dengan ancaman. "Dia tanya beta (saya), kau mau cari masalah sama saya," ujarnya mengutip ancaman pelaku.
Korban berulang kali membantah tuduhan itu. Tetapi, oknum anggota tentara itu tetap mengancam dan meminta korban untuk menunggunya.
Beberapa saat kemudian, datang sejumlah anggota TNI AU. Awalnya, seorang di antara mereka juga sempat menanyakan korban dan menuding seperti jagoan.
"Dia bilang saya jagoan. Saya bilang, tidak. Tapi dia mendorong saya. Saya lepaskan tangannya, di situ langsung terjadi pemukulan kepada saya. Saya mencoba membela diri dari pukulan dan tendangan mereka. Saya, bahkan sempat melarikan diri, namun saya terjatuh. Lalu, saya diinjak-injak dan dipukul. Setelah itu, saya diangkut dengan motor," kata Ricardo.
Setelah tiba di pos jaga di kompleks Lanud Pattimura, korban mengaku diperlakukan seperti tahanan. Dia dihajar sampai lemas dan tak dapat berdiri. "Saya dipukul, diinjak. Saya lemas, disiram pakai air. Dipukul dan diinjak terus," ujarnya.
Jakob Enus, korban lain, mengaku awalnya hanya berusaha melerai pengeroyokan itu. Dia mengaku sebagai teman Ricardo dan membantu membela. Situasi sempat mereda. Namun, setelah itu dia mengetahui Ricardo sudah ditahan di barak.
Jakob bertemu beberapa oknum tentara itu di jalan. Dia dibawa ke barak dan dianiaya di sana. Dia juga mengaku disiksa seperti residivisi, misalnya, tangan dan kaki diikat di tiang lalu dicambuk, muka dan punggungnya disulut bara rokok, dan disiram dengan sopi (minuman keras lokal).
Preman menantang berkelahi
Komandan Lanud Pattimura, Kolonel Penerbang Aldrin Petrus Mongan, membenarkan peristiwa pemukulan warga. Tetapi, dia mengklarifikasi bahwa peristiwa itu terjadi, karena anak buahnya geram dan tidak terima ketika diajak berkelahi oleh korban.
"Dia (korban) datang dan mengajak berkelahi. Dia mabuk itu. Masalah ini sangat tidak menarik. Kalau diangkat terus, dia (korban) bikin malu diri sendiri," kata Aldrin.
Menurutnya, peristiwa itu bermula ketika Ricardo yang sedang mabuk datang ke kompleks Kesatriaan AURI. Dia menantang berkelahi dan bahkan memukul seorang tentara hingga berdarah. "Dia itu preman, sering buat onar dengan warga," ujarnya.
Dia juga menyebut bahwa sebenarnya ada tiga preman yang membuat onar di kompleks Kesatriaan AURI. Seorang masih dicari. Namun, dia mengaku telah melaporkan kasus itu kepada polisi setempat. Sejumlah oknum tentara yang terlibat dalam keributan itu akan diperiksa secara internal. (asp)