Tergiur Penggandaan Uang, Kepala Unit BUMD Garut Bangkrut

Mantan Kepala Unit sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Garut, Bubu Roman
Sumber :
  • VIVA.co,id/Diki Hidayat

VIVA.co.id – Karena ingin kaya raya dengan mudah, Bubu Roman (62) warga Komplek PLN Darajat, Desa Cintaasih, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Jawa Barat, saat ini malah jatuh miskin.

Lebih dari 13 tahun, Bubu mencari peruntungan dengan menemui orang yang bisa menggandakan uang. Namun Tiga tahun terakhir, upayanya itu berhenti, karena harta kekayaannya justru malah ludes.

Bubu bercerita, walaupun telah beberapa kali tertipu dengan iming-iming penggandaan uang dia tetap tidak kapok. Hingga akhirnya dia memilih pensiun dini dari jabatan Kepala Unit sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Garut, Bubu terus berupaya agar mendapatkan harta kekayaan secara enteng.

"Ya, kalau dihitung-hitung, saya sudah habis Rp150 juta lebih, itu uang yang tercatat dengan nilai yang diberikan cukup besar," ujar Bubu, Jumat 21 Oktober 2016.

Pernah dia kedatangan orang yang mengaku bisa menggandakan uang, praktiknya Bubu disuruh mencari daun jambu lalu dimasukkan ke dalam tas. Setelah dijampi-jampi, daun jambu tersebut diaduk oleh tangan pelaku, dan saat dibuka daun jambu tersebut ternyata sudah berubah jadi uang ratusan lembar pecahan seratus ribuan.

"Namun saat akan saya ambil, kata si pengganda bilang uang jangan dulu diambil dan harus diberi mahar Rp1 juta, kemudian didiamkan selama tiga hari," ujarnya, menirukan ucapan pelaku penggandaan uang.

Tiga hari berlalu, Bubu kemudian ditelpon oleh pelaku penggandaan uang agar segera membuka tas gaib. Namun setelah dibuka, di dalam tas yang sebelumnya berisi uang puluhan juta, berubah kembali menjadi daun jambu.

"Yah, daun jambu lagi, tidak ada uang, terus uang asli milik saya yang satu juta, raib dibawa pelaku yang hingga saat ini nomor handphone-nya pun tidak aktif," ucapnya.

Bubu mengaku kapok dan kini hanya bisa menyesal, karena rumah dan harta kekayaan lainnya sudah habis. Dia bersama istrinya hidup di rumah kontrakan.

"Saya tidak punya apa-apa lagi, beli beras untuk makan berdua sehari-hari sangat sulit.”

(mus)