Pasien Meninggal Gara-gara Tak Mampu Bayar Ambulans

Ilustrasi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Seorang pasien RSUD Wonosari meninggal dunia karena tak dirujuk ke rumah sakit lain di Jogja. Bahkan pihak rumah sakit enggan menyediakan ambulans karena pasien tak mampu membayar.

Padahal pasien merupakan warga tak mampu namun memiliki kartu jaminan kesehatan. Dan buntut dari buruknya pelayanan RSUD Wonosari itu, dua orang warga menggelar aksi protes kepada rumah sakit dan menyegel mobil ambulans milik RSUD Wonosari, Kamis sore, 20 Oktober 2016.

Warga juga menuliskan di antaranya "Ambulance RSUD Wonosari Tidak Berguna", "Pasien miskin rumah sakit ini kesulitan gunakan ambulans". Aksi sempat diwarnai aksi tarik menarik saat petugas menghalangi aksi mereka menyegel ambulans milik RSUD Wonosari.
 
Salah seorang warga yang melakukan protes, Endro Guntoro mengaku prihatin dengan kondisi ini. Aksi ini untuk mengingatkan pihak manajemen agar memperbaiki layanan kepada masyarakat kurang mampu. "Pelayanan untuk pasien miskin yang dilakukan sekadarnya,”katanya.

Menurutnya salah satu rekannya merupakan pasien pemegang Jaminan Kesehatan Daerah DIY atas nama Edi Subroto, warga asal Kecamatan Ponjong, yang sudah dirawat selama sembilan hari tanpa pelayanan maksimal.

Saat meminta dirujuk ke RS di Yogyakarta, dia dan keluarga harus berdebat dengan pihak RSUD. Sebab, setahu mereka pasien kurang mampu dengan ditunjukkan jaminan kesehatan tidak membayar ambulan. Pasien atas nama Edi meninggal dunia pada 18 Oktober lalu.

"Mereka itu pasien tidak mampu kok disuruh membayar Rp270 ribu, uang itu untuk apa. Kalau tidak bisa menunjukkan aturannya jelas pungli. Apalagi yang ditarik masyarakat kurang mampu dan memiliki jaminan kesehatan," katanya.

Upaya mempertanyakan hal itu dilakukannya karena dia harus berdebat dengan pihak RSUD mulai dari bangsal hingga kasir, akhirnya keluarga itu memilih meninggalkan STNK kendaraan roda duanya untuk jaminan agar ambulan mau mengantarkan. Namun upaya itu sia-sia karena Edi lebih dulu meninggal dunia. Menurut dia, aksi ini tidak hanya sekali namun beberapa tahun lalu pernah terjadi.

"Aksi ini bukan atas nama masyarakat tetapi keprihatinan kami atas buruknya layanan RSUD,"ungkapnya.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi RSUD Aris Suryanto mengaku belum bisa menanggapi aksi ini, dan harus menelusuri identitas pasien tersebut. “Bagaimana mau berkomentar kalau pasiennya tidak jelas. Saya yakin kalau semua ada kejelasan, bisa dilakukan penelusuran,” katanya.