Pemerintah Diminta Setop Bongkar Muat Batubara di Cirebon

Forum Masyarakat Peduli Cirebon menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Raudhatul Zannah

VIVA.co.id – Forum Masyarakat Peduli Cirebon menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016. Mereka menuntut agar pemerintah menghentikan aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat.

Koordinator lapangan aksi Forum Masyarakat Peduli Cirebon Zainal Mutakin mengatakan, aktivitas bongkar muat batubara tersebut berdampak signifikan terhadap penurunan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

"Debu hitam batubara itu yang mengakibatkan menurunnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Terlebih lagi pada kegiatan belajar mengajar Kota Cirebon, khususnya di sekolah yang berada di sekitar pelabuhan," kata Zainal di depan Istana Negara RI, Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016.

Menurut Zainal, dampak debu batubara juga mengancam hampir seluruh penjuru kota Cirebon dengan jumlah penduduk 9.997 jiwa. "Dari hasil penelurusan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat di lapangan banyak dari masyarakat menderita penyakit bronchitis, sesak napas, asma," kata Zainal.

Berdasarkan laporan warga pada 2014, menurut Zainal, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan surat keputusan (SK) teguran administrasi kepada Pelindo II Cirebon. Namun, SK tersebut diduga tidak dihiraukan oleh pihak Pelindo.

Sehingga, pada Maret 2016, KLHK menutup sementara aktivitas bongkar muat batubara. "Tapi wali kota Cirebon kembali membuka bongkar muat itu lagi pada 27 September 2016. Meski plang KLHK yang menyatakan bahwa pelabuhan masih dalam proses penyidikan karena amdal (analisis dampak lingkungan) tidak memiliki izin lingkungan," ujarnya.

Menghadapi demonstrasi ini, polisi menyiagakan sekitar 600 personel di sejumlah titik. Namun, khusus di depan Istana Negara RI ada 300 personel.

Polsek Metro Gambir Ajun Komisaris Besar Polisi Ida Ketut mengatakan, warga Cirebon itu terdiri dari mahasiswa, warga, perwakilan nelayan, dan perwakilan pedagang. "Mereka tiba di depan Istana sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka kemungkinan akan melakukan aksinya di depan Istana saja," katanya.