Keren, Sekolah Disini Cukup Bayar dengan Sampah
- VIVA.co.id/Lucky Aditya
VIVA.co.id – Bayar biaya sekolah dengan sampah, bisa? Siapa bilang tidak. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Kota Malang ini menjadi buktinya.
Di sekolah ini, cukup dengan menyetor sampah kering, maka siswanya sudah bisa membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), termasuk juga untuk membeli buku pelajaran.
Karena itu, menjadi pemandangan yang bisa di SMK Negeri 6 Kota Malang dimana para pelajar membawa sampah seperti botol plastik, kertas hingga aneka barang bekas lainnya setiap mereka berangkat ke sekolah.
"Awalnya kita melihat anak-anak itu tidak peduli lingkungan. Kita ajak mereka untuk peduli lingkungan dengan menabung sampah, di mana jika sudah terkumpul nanti hasil dari sampah bisa untuk bayar SPP atau beli buku," kata Kepala SMKN 6 Kota Malang Dwi Lestari, Kamis, 6 Oktober 2016.
Sistem pembayaran SPP dengan menggunakan sampah ini, mulai diberlakukan sejak dua bulan yang lalu. Saat ini sekitar 1.000 siswa sudah mulai menabung sampah. Nantinya setiap sampah yang dikumpulkan siswa ini akan ditimbang dan dicatat ke dalam buku.
FOTO: Pelajar SMKN 6 Kota Malang saat menimbang sampah yang hendak ditabung di bank sampah, Kamis (6/10/2016)/Lucky Aditya
Setiap siswa akan memiliki buku catatan tabungan sendiri tentang sampah yang telah mereka kumpulkan. Dari buku tabungan tersebut siswa akan mendapat premi sesuai sampah yang telah dikumpulkan.
"Jika hasil sampah mereka tidak mencukupi untuk membayar SPP. Siswa hanya akan membayar selisih dari biaya SPP dan sampah yang mereka dapat," ujar Dwi.
Saat ini dalam satu minggu saja, SMKN 6 mampu mengumpulkan 10 kuintal sampah kering, dimana setiap 1 kuintalnya dihargai sekitar Rp500 ribu oleh Bank Sampah Malang. Para siswa pun mengaku senang karena bisa meringankan beban orang tua mereka.
Mereka bersemangat membawa sampah di lingkungan rumah mereka ke Bank Sampah di sekolahnya. "Sampah dapat dari rumah, ada botol dan kertas. Hasilnya bisa buat biaya sekolah mengurangi beban orangtua untuk membayar sekolah dan beli peralatan sekolah," kata seorang siswi SMKN 6 Malang Dewi Silvianur.
Ardi, siswa kelas 10 SMK 6, mengaku tidak malu setiap hari membawa sampah dari rumahnya yang berada di Poncokusumo Kabupaten Malang. Ia berharap Bank Sampah disekolahnya semakin berkembang dan berjalan lancar.
"Walau setiap hari membawa sampah dari rumah ke sekolah saya tidak malu. Ini bisa membantu bagi yang kurang mampu, bisa buat bayar SPP tapi kalau misal tidak saya buat bayar SPP mau saya ambil saat saya mau lulus," katanya.
Sistem pembayaran pendidikan dengan sampah ini menjadi solusi pilihan bagi siswa yang mengajukan keringanan biaya kepada pihak sekolah, 40 persen dari total 2.600 siswa SMK 6 mengajukan keringanan biaya setiap tahunnya.
Namun, sistem ini tidak wajib diikuti oleh seluruh siswa. Siswa boleh saja memilih menggunakan sistem ini atau membayar dengan uang tunai.