Polisi Akan Periksa Air Sakti Milik Dimas Kanjeng

Foto korban pengikut pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Diduga para korban ini meninggal usai meminum air sakti buatan Taat Pribadi, Kamis (30/9/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur akan memeriksa informasi soal dugaan 'air sakti' yang menjadi penyebab kematian seorang pengikut pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Disebutkan bahwa korban yang meminum air itu meninggal dengan kuku jari tangan berwarna hitam.

"Nanti akan diselidiki (air sakti) dan bisa jadi akan dikembangkan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim Komisaris Besar Polisi RP Argo Yuwono, Selasa, 4 Oktober 2016.

Namun, pengusutan soal dugaan kematian tak wajar korban kemungkinan akan dilakukan setelah penyidikan kasus pembunuhan dan penipuan Taat Pribadi sudah selesai. "Sangat mungkin untuk dikembangkan," ujar Argo.

Dari pemeriksaan awal, sejauh ini dari penggeledahan di rumah dan padepokan Dimas Kanjeng di Kabupaten Probolinggo, penyidik tidak menemukan air maupun gelas dan botol bekas air 'sakti' yang katanya diberikan Dimas Kanjeng kepada pengikutnya setiap melaksanakan istigasah. "Tidak ditemukan itu (air sakti)," kata Argo.

Dugaan kematian seorang pengikut Dimas Kanjeng akibat meminum air sakti ini sebelumnya disampaikan Winu Sunarsono, adik dari almarhum Kasianto, korban penipuan Dimas Kanjeng. Ia menjelaskan bahwa korban meninggal dunia pada Maret 2015, sekitar sebulan setelah meminum air 'sakti' di Padepokan Dimas Kanjeng.

Di masa-masa itu, korban asal Krembangan, Surabaya, mendesak Dimas agar segera mencairkan penggandaan uangnya dari yang sudah disetorkan senilai total Rp300 juta. "Ketika sakit kuku kakak saya hitam semua. Sebulan kemudian meninggal dunia," katanya.

Ciri aneh kuku menghitam Kasianto sama dengan yang dialami Najmiah Muin, korban Dimas Kanjeng asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang bergabung dengan Padepokan Dimas Kanjeng sejak 2013. Korban dengan kerugian Rp200 miliar itu meninggal setelah sakit pada 2015.

Akbar Faizal, anggota Komisi III DPR RI, yang mendampingi anak Najmiah, Muhammad Najmur, melapor ke Polda Jatim menjelaskan, Najmiah meninggal dunia setelah sempat dirawat di rumah sakit di Singapura. Saat sakit, korban dikirimi air oleh Dimas Kanjeng agar diminum sebagai obat. "Mungkin air doa," katanya di Markas Polda Jatim, Surabaya, 30 September 2016.

Yang membuat curiga, terang Faizal, seusai meminum air dari Dimas Kanjeng, kuku pada tangan dan kaki Najmiah menghitam. "Kuku korban menghitam seperti melepuh setelah minum air Dimas Kanjeng," katanya. (ase)