Orangtua Panik, Bayi Dua Bulan Terseret Banjir Sangihe

Ilustrasi bayi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bayi berusia dua bulan hilang selama tiga hari setelah terseret banjir di Kampung Bahoi, Desa Bahoi, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sabtu lalu, 24 September 2016.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut, Noldy Liow, mengatakan banjir tersebut berdampak seorang balita berusia dua bulan meninggal dunia akibat terseret arus banjir. “Korban meninggal akibat kepanikan orangtua korban yang tidak sempat menyelamatkan bayi itu,” katanya kepada VIVA.co.id, Senin 26 September 2016.

Dia menyebutkan, informasi dari BPBD Kepulauan Sangihe, pihaknya telah mengevakuasi 15 kepala keluarga --54 jiwa-- ke tempat yang aman. “Selain ada korban jiwa, banjir itu juga menyebabkan kerugian material mencakup empat rumah rusak berat dan empat rusak ringan. BPBD Sangihe masih melakukan pendataan di lapangan,” ujar Noldy.

BPBD Kepulauan Sangihe, lanjut dia, terus melakukan koordinasi dengan TNI, Polri dan Tim SAR dalam upaya tanggap darurat dan pencarian terhadap bayi yang hilang.

“Pos lapangan telah dibentuk untuk penanganan tanggap darurat. Selain itu, BPBD bersama masyarakat dan Dinas Pekerjaan Umum melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing-puing material longsor dan lumpur akibat pascabanjir. BPBD terkendala dalam pendistribusian bantuan logistik karena akses jalan yang tertutup material longsor,” katanya.

Diketahui banjir dan longsor yang terjadi akhir pekan lalu itu dipicu curah hujan dengan intesitas yang tinggi dan kondisi desa yang berada di kawasan perbukitan. BNPB mengimbau masyarakat untuk siaga dan waspada terhadap potensi banjir dan longsor bagi mereka yang berada di kawasan perbukitan maupun yang berada di sekitar bantaran sungai.

“Jika ada tanda-tanda bahaya, atau hujan lebat agar mengungsi ke tempat aman untuk sementara,” ujar Noldy.