Alat Deteksi Bencana di Garut Tidak Maksimal
- ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
VIVA.co.id - Tiga alat pendeteksi dini pencegahan bencana atau Early Warning System (EWS) telah dipasang di kabupaten Garut. Namun nyatanya bencana banjir bandang dan longsor tetap menerjang, menewaskan puluhan orang.
Atas fakta itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, punya alasannya.
Sutopo membenarkan insitusinya telah memasang tiga alat pendeteksi dini pencegahan bencana di Kabupaten Garut. Hanya saja, alat itu belum bisa mencakup semua wilayah longsor yang ada di Garut.
"Garut sudah dipasang tiga unit EWS longsor, tapi belum cukup untuk meng-cover semua wilayah rawan longsor," kata Sutopo kepada VIVA.co.id.
Sutopo mengatakan di Indonesia alat pendeteksi dini pencegahan bencana itu totalnya baru 72 alat yang terpasang, bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada. Padahal, kata dia, dengan luas wilayah Indonesia yang banyak daerah rawan bencana alamnya, harusnya alat EWS itu tersedia dalam jumlah ribuan unit.
"Kita perlu ribuan unit, tetapi ketersediannya kurang, tidak mencukupi," kata Sutopo.
Walaupun ada EWS, Sutopo tetap meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD), baik provinsi dan kabupaten/kota, untuk tetap memetakan bencana banjir.
Saat ini, tim dari BNPB, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Geologi sedang mempersiapkan pemasangan alat pendeteksi dini bencana tersebut.
Alat tersebut sebagian komponennya menggunakan panas sinar matahari dan dilengkapi monitor yang ditempatkan di balai desa serta tersambung secara online ke BPBD dan BNPB. Hal ini guna memudahkan mendeteksi saat akan terjadi bencana.
Dengan pemasangan alat EWS ini, nantinya, ketika di sekitar tempat tersebut ada tanda-tanda bencana alam seperti longsor atau gempa bumi, maka akan bisa diketahui lebih awal dan secara otomatis bisa mengantisipasi adanya korban jiwa. (ase)