Benarkah Abu Sayyaf Pasang Mata-mata di Indonesia
- VIVA.co.id/istimewa
VIVA.co.id – Aksi perompakan dan penyanderaan terhadap warga negara Indonesia terus berulang. Setidaknya sepanjang Maret-Juli 2016 sudah ada 24 orang yang menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata di Filipina.
Atas itu, muncul dugaan jika menggunakan mata-mata di Indonesia. Sehingga, bisa memantau aktivitas pelayaran milik kapal Indonesia yang melintasi perairan laut Filipina.
Kecurigaan penempatan mata-mata itu pun, diakui Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Karena itu, pihaknya sedang melakukan penyelidikan mendalam atas dugaan tersebut.
"Ini semuanya sedang diadakan penyelidikan. Tetapi, logika berfikirnya bisa tahu ada kapal berangkat kembali. Berarti kan, ada informasi. Dan, informasi itu bisa aja, pelayanan kan menginformasikan ke mana, suatu hal yang mudah saja itu," ujar Gatot di Markas Besar TNI, Rabu, 21 September 2016.
Tak cuma itu, kini TNI juga sedang mempelajari kemungkinan upaya penyadapan lewat frekuensi radio. Sebab, radio memang menjadi satu-satunya alat komunikasi para pelaut selama dalam perjalanan. "Frekuensi radio itu agak umum untuk pelayaran," katanya.
Sejauh ini, Indonesia dan Filipina telah melakukan kerjasama terkait pengamanan kapal yang akan melintas dari dan menuju Filipina. "Jadi, selama dari Filipina mengawal. Di perbatasan, kita juga kawal dengan kapal kita," kata Gatot.
Di bagian lain, Gatot mengaku menyampaikan apresiasinya untuk pemerintah Filipina yang telah membantu proses pembebasan sandera . "Saya sebagai panglima TNI mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Filipina, yang melakukan upaya bersama-sama untuk membebaskan sandera," katanya. (asp)