104 Juta Jiwa Terancam Bencana Banjir dan Longsor
- @amru_ms via Twitter TMC Polda Metro
VIVA.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mendeteksi munculnya fenomena La Nina pada akhir Agustus 2016. Fenomena skala global yang mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat ini akan bertahan sampai awal 2017.
Kepala BNPB, Willem Rampanggiley mengakui belum menyelesaikan seluruh peta rawan bencana di 134 Kabupaten. Saat ini, BNPB baru menyelesaikan 100 peta kabupaten.
"Di 35 Provinsi, sudah kita buat dengan skala 1:250.000, sedangkan untuk kabupaten itu skalanya harus kecil. Itu berbanding 1:50000. Belum semua kabupaten kita petakan," ujar Willem usai rapat koordinasi antisipasi bencana banjir dan longsor di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Jumat, 2 September 2016.
Menurutnya, peta rawan bencana itu diperlukan untuk mengetahui potensi penduduk yang terpapar bencana. Khusus untuk banjir dan longsor, akan menjadi prioritas karena mendekati puncak musim hujan.
"Kita tahu bahwa seluruh Indonesia yang terpapar oleh bahaya banjir itu ada 63,7 juta. Sedangkan longsor sebanyak 40,9 juta jiwa. Nah, inilah yang menjadi prioritas pemerintah bagaimana kita menyelamatkan saudara-saudara kita yang tinggal di daerah rawan banjir dan rawan bencana," ujar dia.
Dia menambahkan, sesuai dengan RPJMN 2015-2019, diamanatkan bahwa negara harus menurunkan indeks risiko bencana di 136 kabupaten kota. BNPB pada tahun ini menargetkan akan indikator penurunan 30 persen.
Bersamaan dengan La Nina, juga sudah terjadi fenomena Diple Mode negatif sejak Mei 2016. Fonema ini akan bertahan hingga November 2016, dan kondisi anomali suhu muka laut yang hangat sekitar perairan Indonesia. Hal ini menyebabkan tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian barat.