Buta Huruf di RI Berkurang, Minat Baca Tetap Rendah
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan mengungkapkan, budaya baca di Indonesia masih terbilang rendah. Menurut Anies, harus ada gerakan yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan minat membaca.
"Dekati masyarakat melalui pergerakan, bukan hanya program. Kalau berbentuk program, nanti (implementasinya) tergantung penyelenggara. Jadi, gerakan itu pendekatan dengan cara berbeda," ujar Anies di acara Gramedia Reading Community Competition 2016, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu 27 Agustus 2016.
Anies menceritakan tentang Presiden Pertama RI, Soekarno, yang mendorong masyarakat untuk membaca demi mengentaskan buta huruf. Dituturkan Anies, saat itu Soekarno memegang kapur dengan papan tulis berwarna hitam.
"Di belakangnya ada banner yang bertuliskan "Bantulah Gerakan Pemberantasan Buta Huruf". Itu, untuk pemerintah saat ini, tidak ada. Makanya waktu itu (ketika menjadi menteri), diubah. Negara harus ada gerakan bersama publik. Kalau berbentuk program, nanti rakyat diam terus," ungkap Anies.
Aneis menjelaskan, pengentasan buta huruf telah dilakukan sejak lama. Ketika Indonesia merdeka, masyarakat yang mengalami butuh huruf mencapai 95 persen dari total jumlah penduduk.
"Tapi, sekarang tinggal enam persen. Maka, saat ini harus ada gerakan untuk membaca buku,” kata Anies.