KPAI Sesalkan Kasus Orang Tua Siswa Pukul Guru di Makassar
- VIVA.co.id/Sahrul Alim
VIVA.co.id – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan sikap salah satu orangtua siswa yang memukul guru arsitektur SMK Negeri 2 Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, 10 Agustus 2016.
"Harusnya kalau ada anak yang enggak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) kemudian dia ngadu ke orangtua, orang tua bukan marahin ke guru kan tapi nasihatin anak,” kata Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat 12 Agustus 2016.
“Nah di situ lah pentingnya keterkaitan antara orangtua sebagai pendidik dan pengasuh anak di rumah dengan guru sebagai pendidik dan pengasuh di lingkungan sekolah saling mendukung.”
Asrorun menilai, peristiwa itu terjadi karena tidak ada integrasi antara orangtua siswa itu sebagai penanggung jawab pendidikan di keluarga, dengan guru sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah. "Alih-alih saling mendukung justru saling menegasikan dan saling bertabrakan. Tentu ini bermasalah dari sisi konsep dan enggak pas juga," ujarnya.
Kasus ini menjadi bahan evaluasi dan menunjukkan pentingnya pusat-pusat pendidikan untuk membentuk karakter siswa, dengan dukungan dari keluarga. Untuk membentuk karakter anak bermoral, menurut dia, yang dibutuhkan adalah pendidikan, terutama pendidikan karakter.
"Sembari proses perbaikan di lingkungan sekolahnya dengan seluruh sumber daya yang ada juga, jangan lupa kita melakukan penguatan di level keluarga karena di dalam sistem pendidikan kita dikenal tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, peristiwa peganiayaan terhadap guru arsitektur itu terjadi di parkiran SMK Negeri 2 Makassar, Rabu, 10 Agustus 2016. Pelaku datang menemui Dasrul, guru tersebut, usai menerima panggilan telepon anaknya di sekolah karena dipukul dan dikeluarkan dari kelas oleh gurunya.
Awalnya, Dasrul mengusir MA dari kelas karena tidak membawa alat dan buku saat mata pelajaran teknik menggambar, Rabu, 10 Agustus 2016m sekira pukul 10.00 WITA. Tak terima diusir, MA disebut sempat menendang pintu kelas dan mengeluarkan kata kasar kepada guru.
Sang guru mengaku hanya memberi hukuman kepada muridnya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan tidak membawa alat gambar. Ia terpaksa menepuk mulut MA karena mengeluarkan kata tidak pantas saat siswa itu diminta keluar ruangan.
Sementara orangtua MA, Adnan Ahmad, mengaku datang ke sekolah ingin bertemu guru itu karena anaknya yang dihukum. Dia mengaku refleks menonjok hidung korban hingga berdarah karena emosi.
(ren)