Kisah Pilu Jasad di Pusara Waluyo
Kamis, 4 Agustus 2016 - 10:57 WIB
Sumber :
- Daru Waskita
VIVA.co.id
- Setelah 14 bulan dinyatakan meninggal, dengan mengejutkan Waluyo (62) pulang ke rumah di Dusun Suren Kulon, Desa Canden, Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Kepulangan Waluyo membuat kaget masyarakat. Tapi keluarga senang. Waluyo yang memang sudah biasa berkelana ternyata masih hidup. Dia kembali dalam keadaan sehat.
Waluyo menghilang lebih dari satu tahun karena beban ekonomi. Dia menghindari masalah dan pergi dari rumah karena tidak memiliki uang untuk pesta pernikahan anaknya.
Pergi dari rumah, Waluyo hidup menggelandang. Berjalan kaki dari Yogya ke Semarang selama empat hari. Selama di Semarang bekerja sebagai tukang bersih-bersih.
Keluarga tentu sangat bersyukur dengan kepulangan Waluyo. Sementara siapa jasad yang dimakamkan atas nama Waluyo itu, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada polisi dan RSUP dr. Sarjito Yogyakarta.
Bukan permasalahan mudah mengungkap siapa identitas jasad yang telah terkubur 14 bulan lalu. Karena jasad yang berada di pusara dengan nisan bertuliskan nama Waluyo tidak pernah dikenal sebelumnya.
Saat dibawa ke RSUP Sarjito, korban adalah Mr X atau orang tidak dikenali karena tidak ada identitas. Dia adalah korban tabrak lari di Jalan Yogyakarta- Wonosari, tepatnya di Dusun Nogosari, Bandung, Playen, Gunungkidul. Pada 1 Mei 2015 silam.
Baca Juga :
Pengendara sepeda motor yang menyalip kendaran roda empat tidak dapat menghindari pejalan kaki arah berlawanan. Sepeda motor itu lantas menabrak korban.
Akibatnya, korban mengalami luka cukup serius di kepala bagian belakang dan kaki kiri patah. Korban dibawa ke RS Nurrohmah lalu di rujuk ke RS Sardjito.
Dalam kondisi kritis, dengan bagian kepala dibalut perban, datang seseorang yang mengaku anak korban bernama Anti. Setelah itu, pihak kepolisian melakukan identifikasi korban, mulai dari memastikan pihak keluarga dan mempertemukan pihak keluarga dengan korban.
Keluarga memastikan kalau korban adalah Waluyo. Selain dari pakaian yang digunakan nyaris sama, ciri-ciri lain dari tubuh korban juga diakui persis seperti Waluyo.
Istri Waluyo selama enam hari merawat korban tabrak lari itu. Hari ketujuh, pria malang itu akhirnya meninggal. Jasad pria yang dikira Waluyo itu dibawa pulang.
Hingga proses pemandian jenazah, keluarga tetap yakin kalau itu adalah Waluyo. Pemakanan kemudian dilakukan. Keluarga yakin meski mereka mengakui kalau tubuh korban tidak segemuk sebelum meninggalkan rumah.
Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho mengemukakan, untuk mengungkap identitas asli jenazah "Waluyo" yang dimakamkan 14 bulan silam merupakan tugas aparat kepolisian. Namun, pihak rumah sakit siap membantu.
"Semua dokumen resmi atas nama pasien Waluyo kami miliki dan masih utuh jika petugas kepolisian membutuhkannya," ujar Trisno.
Polres Gunungkidul yang menangani kasus tabrak lari ini telah berkoordinasi dengan RS Sardjito untuk melakukan langkah lanjut guna mengungkap identitas korban tabrak lari itu.
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Gunungkidul Ajun Komisaris Polisi Samiyono, telah memastikan kalau mereka telah melakukan penanganan sesuai dengan prosedur untuk korban tanpa identitas.
Kepolisian melakukan identifikasi korban, mulai dari memastikan pihak keluarga dan mempertemukan pihak keluarga dengan korban. (ase)