Evakuasi Kapal Karam di Johor, Basarnas Tunggu Izin Malaysia
- ANTARA/Ampelsa
VIVA.co.id – Badan SAR Nasional (Basarnas) menyiapkan kapal untuk pencarian dan pertolongan korban kapal motor yang terbalik di perairan dekat Kota Tinggi, Johor, Malaysia, Sabtu, 23 Juli 2016 lalu.
Dalam peristiwa itu, 18 penumpang belum diketahui nasibnya, sedangkan sepuluh penumpang ditemukan tewas dan 34 lainnya berhasil diselamatkan oleh SAR Malaysia.
Kepala Basarnas, Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo, mengatakan kapal milik Basarnas yaitu, KM Purworejo yang selama ini berpangkal di Tanjung Pinang, telah bergerak ke Batam tak jauh dari lokasi kapal motor yang terbalik.
Kapal Basarnas siap membantu pencarian dan evakuasi korban yang sebagian besar adalah warga Indonesia.
"Kami sudah siap untuk melakukan pencarian dan pertolongan. Namun karena lokasi kapal terbalik masih dalam otoritas Malaysia maka harus mendapatkan izin terlebih dahulu jika ingin terlibat dalam pencarian. Harus dapat 'clearance' dahulu dari otoritas Malaysia," kata Soelistyo di Yogyakarta, Senin, 25 Juli 2016.
Melihat para korban sebagian besar adalah WNI, Soelistyo menegaskan Basarnas punya keinginan besar turut dalam pencarian dan pertolongan korban. Sayangnya, lokasi kejadian yang berada di perairan Malaysia menjadi kendala kapal Basarnas butuh 'clearance' dari otoritas Malaysia.
"Kita tidak bisa masuk begitu saja ke wilayah negara lain tanpa izin dari negara tersebut meski para korban saudara kita," kata Soelistyo.
Situasi ini berkaca pada kejadian kecelakaan kapal beberapa waktu lalu yang juga berada hanya sekitar lima mil dari garis berbatasan laut, Basarnas tidak bisa masuk memberi pertolongan karena belum ada izin dari pihak Malaysia.
"Kapal Basarnas sudah siap di Batam dan hanya berjarak lima mil dari perbatasan, namun tak bisa berbuat banyak," ungkapnya.
Kapal motor yang tenggelam tersebut diketahui tengah dalam perjalanan dari Johor menuju Batam, dengan membawa 62 orang. Diduga kuat kapal yang tenggelam adalah kapal yang berlayar secara tidak resmi, atau melalui jalur belakang.
Sebagaimana dalam kasus serupa sebelumnya, salah satu tantangan dalam identifikasi adalah kondisi jenazah serta tidak adanya tanda pengenal yang dapat dijadikan rujukan. Dengan penemuan baru tersebut, berarti masih ada sekitar 18 penumpang yang hingga kini belum ditemukan.
Dari 34 orang yang berhasil diselamatkan, diketahui beberapa di antaranya berasal dari NTB (10 orang), Jawa Timur (sembilan orang), Aceh (empat orang), Sumatera Utara (empat orang), NTT (tiga orang), Banten (dua orang), Jambi (satu orang), dan Sumatera Barat (satu orang).
(ase)