Dua Narapidana Lowokwaru Tewas Akibat Kencing Tikus

Hukuman penjara.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Dua narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur tewas akibat terserang wabah kencing tikus atau leptospirosis

Dua narapidana itu masing-masing beridentitas, Fahrid Fajari (19 tahun) asal Dusun Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, terpidana kasus pencurian dengan hukuman satu tahun penjara. Fahrid tewas, 19 Juni 2016 di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang.

Mochamad Robi (38 tahun) asal Kecamatan Sukun, Kota Malang, terpidana kasus pembunuhan dengan hukuman 15 tahun penjara. Dia tewas Senin, 18 Juli 2016. Mochamad Robi terkena bakteri leptospirosis sejak 14 Juli 2016, dan sempat menjalani operasi di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang.

Sejauh ini wabah leptospirosis telah menyerang 240 narapidana sejak bulan Juni 2016 lalu. Kepala LP  Lowokwaru, Krismono mengatakan, kedua narapidana awalnya mengalami gejala seperti penyakit demam berdarah.

"Awalnya dikira demam berdarah, perut mual dan demam tinggi. Setelah dilakukan pengecekan laboratorium diketahui terkena leptospirosis. Kemudian mereka kami rawat di rumah sakit dan sempat dioperasi. Tapi nyawanya tidak tertolong," kata Krismono.

Sementara, ratusan warga binaan LP Lowokwaru, yang diduga terjangkit wabah leptospirosis, wajib melakukan cek kondisi tubuh dan meminum obat secara rutin. "Dua korban meninggal dunia karena daya tubuhnya menurun," ujar Krismono.

Saat ini petugas LP Lowokwaru, menerapkan status siaga satu, dengan bakteri leptospira. Petugas berupaya agar wabah leptospirosis tidak meluas dan memakan korban jiwa. "Saat ini masih ada satu pasien di RS, dari 240 sudah turun hingga 30 pasien di sini. Dugaan sementara karena meminum air mentah," kata Krismono.

Dokter LP Lowokwaru, Adib Solahudin mengungkapkan, penyakit leptospirosis sangat berbahaya. Namun bisa sembuh dengan sendirinya, tergatung penderitanya. "Bakteri leptospira biasanya menyerang penderita yang sedang dalam kondisi kurang fit, atau sakit. Perlu diambil sampel darah karena gejalanya hampir sama dengan demam berdarah," ujar Adib Solahudin.