Polisi Diminta Jeli Amati Gerak Gerik Pengebom Bunuh Diri
- ANTARA/Maulana Surya
VIVA.co.id – Serangan bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Surakarta, Jawa Tengah, menandakan gerakan bawah tanah kelompok radikal dan terorisme masih bercokol. Sebagai antisipasi, polisi diminta mengetahui ciri khas gerakan fisik pembawa bom.
Mantan teroris asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Ali Fauzi Manzi, menerangkan, secara psikologis, orang yang membawa bom dan berancang-ancang meledakkan diri berbeda dengan pada umumnya orang. Itu terpancar pada gerakan tubuh pelaku saat akan beraksi.
“Orang mau ngebom itu beda. Secara fisik itu beda. Ini sebetulnya yang harus dipelajari oleh personel polisi di Indonesia untuk mendeteksi dini. Coba ditanyakan ke Mabes Polri apakah personelnya sudah diberi pelajaran tentang itu," kata Fauzi kepada VIVA.co.id, Rabu, 6 Juli 2016.
Mantan instruktur bom Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah Jaw Timur itu mengatakan, yang terpenting adalah kewaspadaan kepolisian atas segala kemungkinan serangan teror. Masyarakat juga diharapkan ikut berperan menanggulangi terorisme.
"Karena tidak ada yang bisa menjamin, nanti atau ke depan tidak akan ada lagi serangan teror seperti di Solo. Karena kita berhadapan dengan kelompok klandestin, kelompok bawah tanah yang gerakannya tidak mudah dideteksi," kata Fauzi.
Seperti diberitakan, bom bunuh diri meledak di dekat Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Markas Polresta Surakarta pada Selasa pagi, 5 Juli 2016. Pelaku yang menggunakan sepeda motor hijau saat beraksi tewas akibat bom yang ia bawa. Sementara satu anggota polisi setempat luka-luka.
(ren)