Keluarga Telepon Ismail, yang Angkat Kelompok Abu Sayyaf

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf, kerap melakukan penculikan dan perampokan di Filipina Selatan.
Sumber :
  • www.worldbulletin.net

VIVA.co.id – Kabar tujuh warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan menyentak keluarga korban. Salah satunya keluarga dari Ismail (36 tahun), yang tinggal di lingkungan Kalli-kalli, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Menurut Tiro, ayah Ismail, pihaknya kini hanya bisa pasrah dengan peristiwa itu. Pihak keluarga mengaku menunggu adanya upaya penuh dari pemerintah dalam pembebasan sandera.

Kata Tiro, anaknya yang merupakan putra keenam dari delapan bersaudara itu mengejutkan pihak keluarga. Selama ini, Ismail memang dikenal sebagai pelayar yang kerap bekerja jauh dari keluarga hingga waktu yang tak diketahui. Pelayaran ke Filipina sendiri dikatakan baru dilakukan awal Ramadan.

Keluarga mengetahui Ismail menjadi salah satu korban penyanderaan dari berita televisi. Menurut Tiro, mendengar kabar itu, keluarga langsung berusaha menghubungi Ismail melalui sambungan telepon.

Sementara itu, menurut Sulaeman, kakak Ismail, upaya komunikasi dengan korban sudah dilakukan, dan sempat diangkat. Namun, bukan Ismail yang menjawab, namun anggota kelompok Abu Sayyaf.

"Kami sempat menghubungi nomor handphone Ismail, tapi tidak berlangsung lama. Karena yang angkat bukan dia, tapi salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf dengan logat melayu. Tetapi, tanpa sempat bicara banyak, dia langsung menutup telepon, karena mungkin tahu kalau telepon itu dari keluarga," kata Sulaeman, Senin, 27 Juni 2016.

Keluarga hingga kini masih menanti langkah pemerintah dan perusahaan dalam upaya pembebasan Ismail. Mereka berharap, Ismail dapat bebas dengan selamat dan kumpul bersama keluarga.

Laporan: Asis Hamid/tvOne/Maros