Ironis, Lutung Diburu karena Mitos Obat Kuat Seks
VIVA.co.id – Sepanjang Januari hingga Juni 2016, Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa, Javan Langur Center (JLC) di Kota Batu, Malang, menerima delapan ekor Lutung Jawa alias Trachypitecus Auratus, dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) di Jawa Timur.
JLC menyatakan, selain diburu untuk diperjual belikan, satwa berwarna hitam pekat, bertangan panjang itu, diburu untuk dimakan daging dan jeroannya.
"Hingga tengah tahun ini ada delapan ekor lutung yang masuk. Tahun lalu total ada 15 ekor, dua di antaranya dari Pusat Rehabilitasi Primata Jawa (PRPJ) Patuha di Jawa Barat," kata Iwan Kurniawan, Project Manajer Pusat Rehabilitasi JLC,Sabtu 25 Juni 2016.
Menurut Iwan, berdasarkan penelitian JLC, perburuan lutung tahun ini masih cukup tinggi. Lutung berusia masih kecil diburu dan dipisahkan dari induknya untuk dijual dengan harga tinggi. Sedangkan lutung dewasa diburu untuk dimakan dagingnya.
Anak lutung banyak diminati karena warna bulunya yang masih pirang dan tingkahnya lucu. Jika dewasa, lutung yang berperangai liar dan berbulu gelap tak lagi menarik dan sering tidak dirawat pemiliknya.
"Lutung anakan bisa dijual hingga Rp700 ribu, untuk berburu lutung bayi harus membunuh induknya karena mereka selalu berkelompok," katanya.
Selanjutnya... Mitos Dimakan untuk Obat Kuat Pria...
Mitos Dimakan untuk Obat Kuat Pria
Penjualan lutung banyak terjadi di daerah Tapal Kuda di Jawa Timur, dan dijual lewat online. Selain dijual, lutung dewasa juga banyak dipesan untuk dimakan.
Ironisnya, menurut pengakuan dari sejumlah pemburu, banyak masyarakat di Malang, percaya pada mitos, jika daging lutung dapat menyembuhkan penyakit tertentu, dan bisa dijadikan obat kuat pria.
"Modusnya mereka pesan pada pemburu untuk dicarikan lutung, nanti daging dan hatinya dimakan untuk obat asma atau obat kuat seks pria. Ini terjadi di wilayah Malang dan juga di wilayah barat Malang," katanya.
Banyak warga tak sadar dengan bahaya mengkonsumi lutung. Lutung yang juga mamalia berpotensi menularkan virus dan penyakit lain kepada manusia dan sebaliknya. Dengan mengkonsumsi daging lutung, kemungkinan terpapar penyakit dari lutung menjadi besar.
"Penyakit seperti herpes, hepatitis A,B dan C juga TB bisa ditularkan dari lutung ke manusia dan sebaliknya," katanya.
Sementara lutung yang dipelihara banyak mengalami gangguan pola makan. Lutung yang seharusnya makan daun dan buah diberi pakan berbagai jenis makanan selain daun dan buah oleh pemilliknya.
Selain itu, kegiatan perburuan juga berdampak buruk pada fisik lutung akibat pola penanganan yang tidak mempedulikan kesejahteraan hewan.
"Dari 10 lutung yang diburu misalnya, akan tersisa dua yang hidup, lainnya mati akibat pola transportasi yang tidak mengindahkan kesejahteraan hewan," katanya.
Tubuh lutung pun banyak mengalami cacat. Seperti yang terdapat pada lutung berusia 10 bulan bernama Banyu. Lutung yang menjalani pemeriksaan kesehatan di JLC pada Sabtu 25 Juni 2016 itu mengalami bengkak pada jari dan robek pada daun telinga. Banyu berasal dari sitaan BSKDA, dari pedagang lutung online, di wilayah Banyuwangi.
"Pemburu tidak memperhatikan kandang tempat menyimpan satwa, dipindah ke sana ke mari untuk dijual, karena mereka hanya menginginkan cepat laku," katanya.