Tito Ditantang Ubah Stigma Polisi Berdarah Biru dan Merah
- VIVA.co.id/M. Ali. Wafa
VIVA.co.id – Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDIP, Herman Heri menilai penempatan atau mutasi anggota Polri baik di tingkat pusat maupun daerah belum proporsional. Ia menganggap penempatan anggota Polri di perkotaan dan daerah belum adil, sehingga muncul istilah ada polisi berdarah biru dan polisi berdarah merah.
Polisi berdarah biru ditujukkan bagi anggota polisi yang bertugas di daerah perkotaan. Sedangkan polisi berdarah merah adalah mereka yang bertugas di pelosok daerah atau pedalaman.
Menurut Herman, Mabes Polri sampai saat ini belum memiliki data untuk memonitor sudah berapa lama anggotanya yang bertugas di daerah-daerah. Sehingga, banyak anggota yang sudah bertahun-tahun tugas di daerah, tanpa promosi dan mutasi ke perkotaan.
"Ini mematikan kreativitas anggota. Polisi berdarah biru itu cuma tugas di Mabes Polri, Polda Metro, ke Bandung sebentar, Sumut, kemudian balik lagi. Polisi berdarah merah itu bisa sampai hitam mati kering (bertugas di daerah)," kata Herman Hery saat uji kelayakan calon Kapolri Komjen Tito Karnavian di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis, 23 Mei 2016.
Politikus PDIP ini meminta calon Kapolri Komjen Tito Karnavian memperbaiki program penempatan anggota dan mutasi, sehingga tidak ada lagi anggapan polisi berdarah merah dan polisi berdarah biru. "Polri harus punya program mutasi jabatan terutama untuk perwira menengah di daerah," katanya.
Selain itu, Herman juga menyoroti alasan Tito ingin melakukan penguatan Densus 88 Polri. Padahal, seharusnya Densus perlu bersikap humanis dengan tidak secara bergerombol menenteng senjata saat menangkap terduga teroris.
Herman khawatir penguatan Densus 88 yang dimaksud adalah penguatan fisik, artinya gelar kekuatan senjata terhadap para terduga teroris, namun disampaikan dengan bahasa penegakan hukum.
“Memperkuatnya bagaimana, dalam hal apa, untuk apa memperkuat. Karena selama ini soal penanganan terorisme yang muncul adalah penindakan, penegakan hukum, oleh senjata," kata Herman. (ase)