Analisis Mengapa Jokowi Akhirnya Pilih Tito

sertijab tito karnavian jadi kapolda metro jaya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA.co.id – Mantan Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala menyambut baik pilihan Presiden Joko Widodo yang mengajukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon Kapolri.

Menurut Adrianus dipilihnya Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri disebabkan stok jenderal bintang tiga yang dimiliki Polri sangat terbatas. Adrianus menyebut sejumlah jenderal bintang tiga Polri selain Tito, yang juga berpeluang menggantikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.

Antara lain, Wakapolri Komjen Budi Gunawan, Kabaharkam Komjen Putut Eko Bayu Seno, Kabaintelkam Komjen Nur Ali, Irwasum Polri Komjen Dwi Priyatno, Kalemdikpol Komjen Syafrudin dan Sestama Lemhannas Komjen Suhardi Alius.

"Pertama dari Badrodin, kalau diperpanjang akan menimbulkan situasi politik, kalau Pak BG (Budi Gunawan) kelihatannya beliau (Jokowi) masih tetap memiliki posisi yang sama dengan tahun lalu, bahwa Pak Jokowi tidak suka dengan Pak BG. Kalau Pak Buwas (Budi Waseso), mungkin beliau tidak suka karena gaya, beliau terlalu out spoken dan tidak cocok dengan gaya Pak Jokowi yang tenang," kata Adrianus kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya. Rabu 15 Juni 2016.

Sementara Komjen Nur Ali dan Komjen Dwi Priyatno dinilai Adrianus, sebentar lagi akan pensiun. Sedangkan Komjen Putut Eko Bayu Seno dikenal sebagai legacy dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu juga dengan Komjen Syafrudin yang lebih dekat dengan Wapres Jusuf Kalla dan Komjen Suhardi Alius yang sudah 'dikotakkan' lebih dulu di Lemhanas.

"Tinggal Pak Tito yang dianggap sebagai satu orang yang tepat," ujarnya.

Adrianus menepis anggapan bahwa faktor usia yang masih relatif muda mempengaruhi kapasitas seorang calon Kapolri. Kendati tak bisa dipungkiri, Tito yang merupakan lulusan Akademi Kepolisian 1987 itu melompati sejumlah seniornya di Polri. Bagi Adrianus, terpilihnya Tito menjadi sejarah di tubuh Polri dengan memotong satu generasi.

"Bayangkan, dari (angkatan) 83-87, satu generasi dipotong. Maka beliau dianggap sebagai yang harus menanggung beban sejarah itu, walaupun disadari sebagai angkatan 87 dan melangkahi lima angkatan dia akan menanggung beban mental, namun dengan dukungan Presiden, masyarakat dan DPR, saya yakin Tito akan mampu menanggulanginya," kata dia.

Terlepas dari siapapun calon Kapolri, Adrianus yang juga anggota Ombudsman RI ini mengkritisi pemilihan jenderal bintang tiga di tubuh Polri. Pasalnya, pengangkatan jenderal bintang tiga dinilai bermasalah, padahal para jenderal inilah yang seharusnya disiapkan untuk menjadi orang nomor satu di Korps Bhayangkara.

"Saya melihatnya begini, saya mengkritisi seseorang menjadi Bintang tiga, tadi saya katakan stoknya bermasalah semua nih. Nah padahal kan stok itu bisa diprediksi, contoh misalnya Pak Nur Ali, orang yang mau dua bulan lagi pensiun kok di bintang tiga kan, padahal ada Pak Luthfi (Wakabaintelkam) malah tidak dibintang tiga kan. Andai saja Pak Luthfi dibintang tiga kan jadi stoknya banyak kan. Beliau atau Pak Jokowi disudutkan pada kondisi terpaksa dan disudutkan, dan memilih yang paling muda yaitu Pak Tito," ucapnya.