Sepak Terjang Calon Kapolri Tito Karnavian

Kepala BNPT Komjen (Pol) Tito Karnavian.
Sumber :
  • BNPT

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal (Komjen) Tito Karnavian, menjadi calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri).

Tito menjadi calon tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang akan pensiun pada Juli 2016.

Penunjukan Tito mengagetkan banyak pihak. Pasalnya, di antara nama-nama yang santer bakal dicalonkan jadi Kapolri di antaranya, Komjen Budi Gunawan (Akpol 1983) dan Komjen Budi Waseso (Akpol 1984), Tito yang paling junior (Akpol 1987).

Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) Polri juga tidak mengajukan nama Tito sebagai calon Kapolri yang akan diajukan ke Presiden Jokowi.

Meski begitu, Tito Karnavian tetap dikenal sebagai perwira polisi yang sarat prestasi. Sejumlah jabatan penting pernah dia emban. Kenaikan pangkatnya juga tergolong cepat.

Tito pernah mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa saat memimpin Tim Cobra untuk meringkus Tommy Soeharto, yang jadi buron kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita.

Peraih Adhy Makayasa Akpol 1987 ini juga mendapat kenaikan pangkat luar biasa dan memperoleh penghargaan dari Kapolri bersama kompatriotnya di Densus 88, karena berhasil melumpuhkan gembong teroris Noordin M Top dan Dr Azahari.

Jabatan yang pernah diemban pria kelahiran Palembang 26 Oktober 1964 ini di antaranya, Kepala Densus 88, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Kapolda Papua, Asrena Kapolri, dan Kapolda Metro Jaya.

Terakhir, Tito Karnavian menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sejak Maret 2016 lalu. Praktis baru dua bulan Tito menyandang bintang tiga.

Latar belakang sebagai satuan Detasemen Khusus 88 Antiteror membuat pimpinan Polri yakin tidak salah memilih Tito sebagai orang terdepan dalam melawan teroris.

Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang. Tito merupakan lulusan Akpol terbaik angkatan 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang studi polisi. Tito juga menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996.

Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Xaverius dan menyambung pendidikan di SMA Negeri 2 Palembang. Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis.

Dia mengikuti ujian masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Semua lulus, tapi yang dipilih Akabri bagian Kepolisian (sekarang Akademi Kepolisian).

Prestasi

Penangkapan Tommy Soeharto
Karier Tito dalam kepolisian cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya. Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin. Berkat sukses menangkap Tommy, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.

Densus 88
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.

Penangkapan Azahari Husin
Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Ia turut mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Pol.

Konflik Poso
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.

Penangkapan Noordin Mohammad Top
Tito termasuk perwira yang bergabung dalam tim penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin Mohammad Top tahun 2009.

Karier

Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)

Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)

Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)

Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat

Spri Kapolda Metro Jaya (1996)

Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)

Spri Kapolri (1997–1999)

Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)

Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)

Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)

Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)

Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)

Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)

Kapolres Serang Polda Banten (2005)

Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)

Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)

Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)

Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)

Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011- Sept 2012)

Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014)

Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015)

Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016)

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016-sekarang)

(mus)