Al Quran Daun Lontar Berusia 200 Tahun Diburu Santri

Alquran berusia 200 tahun di Al-Multazam Pudakpayung, Semarang, Jawa Tengah
Sumber :
  • Dwi Royanto/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Ketika di era modern masyarakat sudah terbiasa membaca Alquran dalam cetakan kertas, para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Multazam Pudakpayung, Semarang, Jawa Tengah, justru menyukai sebuah Alquran yang tertulis tangan di atas daun lontar.

Deretan kaligrafi Alquran yang apik nan unik itu masih lengkap dan asli seperti pertama kali ditulis. Ada 114 surat terbagi 30 juzz, tersusun rapi dalam 22 lembar daun dengan lebar 1,5 meter.

Menurut pengasuh Ponpes Al Multazam, KH Khamami, silsilah cerita Alquran itu masih terjaga sampai saat ini secara turun temurun. Alquran itu dulunya ditulis Sayyid Abdurrahman, seorang ulama besar dan waliyullah asal Madura, sekitar 200 tahun lalu.

"Sampai saat ini, Al Quran dari daun lontar ini masih asli seperti pertama kali ada. Dan Al quran ini mulai disimpan di sini sejak 10 bulan lalu," kata Khamami di Semarang, Senin 13 Juni 2016.

Menurut Khamami, sejak ada di perpustakaan Ponpes Al Multazam, Al Quran ini tak pernah absen dimanfaatkan para santri untuk di baca setiap hari. Terlebih, memasuki Ramadan ini, para santri bisa mengambil ikhtiar isi Al Quran itu, dan mendapatkan berkah dari ulama yang menuliskannya.

"Biasanya sambil menunggu azan Maghrib, Al Quran ini merupakan karomah sang pembuat. Ini jadi pelajaran berharga bagi generasi muda saat ini," ungkap Khamami.

Secara fisik, Al Quran di atas daun lontar ini menarik untuk disimak. Dari fisiknya, daun lontar direkatkan setiap lembaran secara urut dan tak terpisah. Menariknya lagi, meski telah berusia 200 tahun, harum khas daun lontar ini masih lekat tercium.

Menurut Khamami, Sayyid Abdurrahman selaku penulis Al Quran ini, merupakan ulama yang pada masanya sepadan dengan sembilan wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. "Hingga saat ini, sudah ada enam keturunan beliau yang mendapat warisan Alquran daun lontar ini," kata dia.

Al Quran itu bisa sampai ke Ponpes Al-Multazam, setelah keturunan terakhir yang dipercaya merawat menyerahkannya agar bisa digunakan para santri. Adapun silsilah keturunan Sayyid Abdurrahman yang mewarisi Al Quran daun lontar ini antara lain; KH Tuju Langker, lalu diberikan kepada KH Aziz Tapa, kemudian ke KH Tuju Panaungan, hingga KH Bunyamin Maimunah.

"Karena keturunan terakhir KH Maimunah telah wafat, beliau menyerahkan Al Quran ini kepada salah satu wali murid santrinya. Kemudian dia minta saya menyimpannya di perpustakaan pesantren ini, " kata dia.

(ren)