Dordoran, Meriam Kaleng dari Madiun
- VIVA.co.id/Adib Ahsani
VIVA.co.id – Bunyinya memekikkan telinga tatkala sumbu ledaknya diberi api. Suara dentuman pun menggelegar.
Tapi, jangan salah sangka. Itu bukanlah senjata militer untuk perang, melainkan permainan meriam sumbu atau meriam bambu.
Kalau di Madiun, Jawa Timur, namanya meriam kaleng. Dahulu meriam bambu. Karena berat jika harus dijinjing kemana-mana maka diganti oleh kaleng penyemprot nyamuk yang disusun vertikal.
Meriam kaleng ini hanya muncul pada saat bulan Ramadan saja.
Heru Suprapto, pembuat meriam bambu, warga Desa Kedondong Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengatakan, permainan ini makin luas dikenal masyarakat sejak lima tahun lalu.
“Dulunya meriam bambu atau bahasa orang sini (Madiun) namanya dordoran,” kata Heru, Rabu, 8 Juni 2016.
Kaleng yang digunakan adalah dari kaleng limbah, seperti kaleng penyemprot nyamuk, atau kaleng lain yang ukuran dan diameternya sama.
Meriam kaleng ini dibuat dengan berbagai ukuran panjang, yang juga menentukan harga. Harga dimulai dari Rp55 ribu untuk ukuran panjang tiga kaleng, hingga Rp95 ribu untuk panjang tujuh kaleng.
Heru pun mengaku tidak begitu susah mendapatkan kaleng bekas. Walaupun harus berkeliling ke pengepul barang rongsokan.
“Tahun lalu saya mencari kaleng ini sampai ke Nganjuk. Tetapi tahun ini susah mencari barang seperti itu untuk saya beli,” kata Heru.
Perubahan peningkatan keamanan pada meriam kaleng lebih diwaspadai oleh Heru. Jika tahun lalu hanya diberi lem dan dilapisi lakban hitam. Sekarang dikuatkan dengan mengunci sambungan menggunakan klem aluminium, seperti mata ayam.
Untuk menyiasati agar semua meriam kaleng ramai di bulan Ramadan, Heru lalu menjual meriam kaleng sebelum Ramadan tiba.
"Banyak yang datang membeli sejak dua minggu sebelum Ramadan. Akhirnya sekarang stok saya tinggal sedikit. Apalagi sedang susah mencari kaleng bekas,” tuturnya.
Setidaknya, sudah lebih dari 150 meriam kaleng yang terjual. Sekarang sisa meriam kaleng Heru yang belum terjual tinggal 100 buah. “Meski susah mencari (kaleng bekas) tapi rasanya tetap bangga karena barang dagangan saya dicari orang banyak," tuturnya.