Kivlan Zen Paparkan Jasa-jasa Besar Soeharto
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Sesepuh TNI, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen, menegaskan dukungan atas pemberian gelar pahlawan nasional kepada mendiang Presiden Soeharto. Walau ada beberapa kekurangan sebagai pemimpin, Kivlan memandang Soeharto berjasa besar bagi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.
“KIta jangan hanya melihat peran Pak Harto sebagai presiden selama 32 tahun memerintah...Lihat juga peran besar beliau dalam memerdekakan Indonesia. Maka menurut saya beliau sepantasnya mendapat gelar pahlawan nasional,” kata Kivlan dalam acara talk show Indonesia Lawyers Club di tvOne malam ini. Dipandu Karni Ilyas, bincang-bincang kali ini menampilkan “Pro Kontra Soeharto Pahlawan Nasional.”
Kivlan menyayangkan pendapat beberapa kalangan yang hadir, seperti politisi PDIP Masinton Pasaribu, Sukmawati Soekarnoputri, aktivisi mahasiswa 98, yang menilai bahwa Soeharto adalah pemimpin tiran atau diktator selama Orde Baru. Soeharto, menurut Kivlan, punya banyak jasa sejak perjuangan Indonesia merdeka.
“Pak Harto merupakan sosok yang dikagumi. Beliau yang memimpin Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta yang menegaskan kepada dunia bahwa negara Indonesia merdeka benar-benar ada dan menolak penjajahan Belanda,” kata Kivlan.
Mantan Kepala Staf Kostrad TNI Angkatan Darat itu juga mengemukakan peran Soeharto dalam menyelamatkan mendiang Presiden Soekarno di saat-saat genting usai Tragedi G30S PKI. Saat ada upaya-upaya untuk menyerang Soekarno, lanjut Kivlan, Soeharto sebagai penanggungjawab keamanan waktu itu, memindahkan Bung Karno ke tempat aman di Wisma Yaso, kini Museum Satria Mandala Jakarta.
Semasa awal-awal memerintah sebagai presiden, Kivlan menyoroti jasa besar Soeharto dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. “Indonesia pada 1960an mengalami inflasi besar-besaran, terjadi pemotongan uang...namun Pak Harto secara bertahap berhasil membuat ekonomi nasional kembali stabil,” kata Kivlan.
Acara bincang-bincang ini berlangsung hangat, karena terjadi perdebatan antara mereka yang mendukung gelar pahlawan nasional bagi Soeharto, seperti Kivlan dan politisi Golkar Nurdin Halid, dengan mereka yang menolak pemberian gelar itu, seperti Masinton dan Sukmawati Soekarnoputri, yang merupakan putri Presiden Soekarno.