Bripka Seladi, 'Tempat Basah' dan Cerita Uang Damai

Bripka Seladi, polisi yang juga menjadi pemulung
Sumber :
  • VIVA.co.id / D.A. Pitaloka (Malang)

VIVA.co.id – Sikap sederhana dan integritas terpuji yang ditunjukkan Brigadir Kepala Seladi, mendapat acungan jempol banyak pihak. Di tengah tergerusnya kepercayaan publik terhadap institusi Kepolisian, 'kepolosan' Bripka Seladi seolah menjadi oase bahwa masih ada polisi jujur di republik ini.

Bripka Seladi bertugas di wilayah Polresta Malang, sebagai salah satu petugas uji SIM di Samsat Kota Malang. Pekerjaan yang menuntutnya harus berinteraksi dengan masyarakat banyak. Tak jarang, dianggap banyak orang bekerja di Satpas SIM sebagai 'tempat basah'.

Seladi sendiri tak menampik bekerja di Satpas SIM memang banyak godaan. Salah satunya banyak tawaran uang tips dari warga, yang berharap agar ujian SIM-nya diluluskan. Tak perlu mencari, apalagi meminta, Seladi mengatakan 'uang panas' itu datang sendiri.

"Saya kan di bagian SIM, saya nggak minta aja diberi. Kalau terkait SIM saya nggak mau, bukan saya sok suci, tapi saya nggak mau," kata Seladi dalam perbincangan bersama tvOne, Selasa, 24 Mei 2016.

Sesuai ketentuan biaya pembuatan SIM dan instruksi Kapolresta Malang, yang menyatakan bahwa biaya pembuatan SIM sebesar Rp120 ribu. "Ada orang yang bayar lebih dari itu, saya, kalau masih terkait SIM saya tidak terima," ujarnya menegaskan.

Seladi bercerita ada seorang yang pernah dia bantu dalam pembuatan SIM. Itu pun tetap dia lakukan sesuai prosedur yang berlaku. Seladi memang tak menerima apapun dari orang tersebut, Ia juga mengaku ikhlas membantu. Ternyata, orang tersebut justru memberikan bingkisan kepada keluarganya di rumah.

"Pas kebetulan saya nggak ada (di rumah). Saya suruh kembalikan, bukan apa-apa, istri dan anak-anak saya juga nggak mau," ujarnya mengenang.

Tapi Seladi juga hanya manusia biasa. Godaan dan ujian selalu datang, setiap kali menjalankan tugas. Suatu hari, Seladi yang sudah 16 tahun bertugas di Satpas SIM Kota Malang, pernah sama sekali tidak memiliki uang. Sementara ada saja pihak-pihak yang ingin memberikannya uang tips.

Bapak tiga anak ini tetap bergeming dengan tawaran itu. Ia pun memilih bersabar, sambil melakoni pekerjaan sampingannya sebagai pemulung, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Saya sabar saja, karena rezeki banyak. Enggak usah ambil dari sana, ini harus sabar menghadapi apa saja. Saya ikhlas sesuai ketentuan, jadi saya tidak punya beban," ujar Seladi.

'Uang Damai'

Sebagai polisi dari kesatuan lalu lintas, Seladi tak jarang turun ke lapangan membantu rekan-rekannya mengatur lalu lintas di Kota Malang. Tugas rutin itu dia jalani di sela-sela aktifitasnya sebagai penguji SIM Kota Malang.

Saat bertugas di jalan, sama seperti polisi lalu lintas lainnya, Seladi sering menemukan pengendara yang melanggar lalu lintas. Berbagai ulah pengendara saat ditilang pun sering dia temui, mulai dari pura-pura tak bersalah, sampai menawarkan 'uang damai'

"Saya enggak mau. STNK SIM harus lengkap. 'Minta bantuan pak', lengkapi dulu, kalau nggak ada surat-suratnya terpaksa saya tilang," ujar Seladi.
 
Sebagai petugas di lapangan, Seladi harus memberikan contoh yang baik untuk tidak toleran terhadap setiap pelanggaran sekecil apapun. "Saya peringatkan biar yang lain enggak ikutin terus, kalau enggak lengkap ya harus ditilang," tegasnya.

(mus)