Syarat Goenawan Mohamad untuk Debat Bermutu dengan Kivlan

Goenawan Mohamad.
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA.co.id – Penulis Goenawan Mohamad merespons tantangan yang dilontarkan oleh Mayjend (purn) Kivlan Zen, soal tantangan berdiskusi secara terbuka mengenai isu peristiwa 1965. Melalui akun Twitternya, Goenawan Mohamad menyambut tantangan Kivlan. Namun, dia meminta syarat kepada Kivlan sebelum berdebat secara terbuka.

"Kivlan menantang saya polemik. Baiklah. Syaratnya: silakan ia tulis buku tentang Marxisme yang bagus, akan saya tanggapi. Supaya debat bermutu," tulis Goenawan melalui akun Twitternya, @gm-gm.

Atas jawaban Goenawan tersebut, beragam respons muncul dari pengguna Twitter. Ada yang menganggap Goenawan memunculkan syarat tersebut, sebagai jawaban menghindar, atau ngeles. Sementara itu, ada pengguna lain yang menganggap syarat sebelum debat dengan menulis buku itu dianggap sebagai cara Goenawan menghindari debat dengan Kivlan.

"@gm_gm cara menghindari debat: buat syarat yang butuh waktu lama terpenuhi. #ingatumur," tulis akun @hazbyihsany.

Meski demikian ada pengguna Twitter yang membela syarat yang dituliskan Goenawan.

"@gm_gm wah mana bisa bermutu Om debat dengan yang sudah 'bekarat'" tulis akun @charlessiahaan.

"@PartaiSocmed keren banget, ini jawaban yg intelektual, kelas nya Kivlan masih dibawah @gm_gm . Kayaknya gak sanggup deh si Kivlan," tulis akun @SimonCowell_XF.

Sebagaimana diketahui, menanggapi komentar Goenawan yang menyebutkan pikiran mereka sudah berkarat, Kivlan menanggapi dengan membuat surat terbuka melalui akun Facebook pribadinya.

Selanjutnya, isi surat terbuka Kivlan Zen...

Berikut, isi surat terbuka Kivlan Zen yang diungguh di akun pribadinya:

Kepada
Gunawan Muhammad
(Yang telah menuliskan Nasehat untuk saya)

Seharusnya anda jangan menyebutkan bahwa fikiran Kivlan Zen sudah berkarat. Itu artinya bahwa anda telah menyerang pribadi saya dan bisa saja dituntut secara hukum. Kalau anda tidak setuju dan tidak senang dengan cara saya berfikir dan bertindak khususnya dalam menghadapi bangkitnya Komunisme di Indonesia, terutama tulisan pada majalah tempo yang terus berusaha menghidupkan kembali komunis dan juga partainya di Indonesia yang SEOLAH-OLAH tidak bersalah dalam kudeta G30S PKI pada tahun 1965 serta menyatakan bahwa tragedi itu dilakukan oleh Jenderal Soeharto dan TNI AD khususnya.

Kalau anda tidak setuju dengan fikiran dan tindakan saya, maka berikanlah kesempatan pada saya agar bisa BERPOLEMIK DENGAN ANDA DAN REKAN-REKAN DARI TEMPO.

Mari kita berdiskusi dan berdebat terbuka baik anda maupun seluruh awak media dan penulis yang ada di TEMPO.

Atau berikan kesempatan kepada saya agar fikiran ini bisa saya tuangkan di majalah TEMPO. Karena ada seorang wartawati TEMPO yang bernama NOVI mau mewawancarai saya tentang Komunis, namun saat itu saya sedang berada di Filiphina, akan tetapi sangat di sayangkan ketika saya kembali ke tanah air, saya kontak kembali berkali-kali saudari novi namun tidak ada respon.

Sekali lagi bung Gunawan Muhammad saya sampaikan ; "Mari Kita Berpolemik Secara Intelektual".

Kalaulah fikiran saya Berkarat, tentu masih bisa dibuat mengkilap dengan cara dibraso, namun orang-orang Komunis fikirannya itu seperti batu, tak bisa jika hanya dibraso, tapi masih tetap bisa dirubah dengan cara diasah, dipahat, dan digerinda setelah itu baru terbentuklah wujud yang baru. Mudah-mudahan anda tidak termasuk orang yang fikirannya seperti Batu.

Saya sangat menunggu dan menanti Undangan untuk mewawancarai saya dan tentunya juga BERPOLEMIK dan BERDEBAT dengan ANDA serta AWAK MEDIA TEMPO secara Terbuka dan Live di semua Stasion TV dan Radio.

Karena anda yang memulai menyerang saya secara pribadi maka anda pulalah yang mengakhiri dengan cara debat terbuka.

Terima kasih semoga Tempo tidak buang-buang Tempo. Semoga anda mendapat Rahmat dan Shalawat NABI MUHAMMAD SALALLAHU 'ALAIHI WASSALAM, karena nama Beliau anda pakai dan selalu di ucapkan Shalawat oleh ALLAH, MALAIKAT-MALAIKATNYA & UMAT MUSLIM ketika menyebutkannya. Berbahagialah anda karena telah memakai nama RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASSALAM.

(asp)