Menteri Ini Akui Diprotes karena Lagu Sabang Sampai Merauke
- fajar GM/VIVA
VIVA.co.id – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pernah diprotes warga Papua karena lagu 'Dari Sabang Sampai Merauke'. Lagu itu seolah menyampaikan kawasan Sabang, di Aceh, wilayah Barat Indonesia, sebagai wilayah dengan urutan pertama di Indonesia. Padahal, bila merujuk zona waktu, daerah Merauke di Papua adalah daerah urutan pertama.
“Yang bekerja duluan siapa? Saya (warga Papua) sudah bekerja duluan ketika orang-orang di kawasan Indonesia barat masih tidur'," ujar Nasir, mencontohkan perkataan warga Papua kepadanya, saat meresmikan Auditorium JE Tatengkeng di Politeknik Nusa Utara, Pulau Sangihe, Sulawesi Utara, Sabtu, 23 April 2016.
Nasir mengatakan, warga Papua tersebut tentu hanya bergurau. Inti yang ingin ia sampaikan, kepada para dosen dan mahasiswa Polnustra, yang merupakan perguruan tinggi di daerah terluar Indonesia, adalah bahwa laut Indonesia, dari Merauke sampai Sabang, memiliki luas yang sangat besar.
Nasir mencontohkan jarak tempuh penerbangan antara Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dan Bandara Narito, Tokyo, Jepang sepanjang 5.200 kilometer. Panjang wilayah lautan Indonesia, lebih besar dari itu.
"Panjangnya, (wilayah lautan Indonesia) dari Merauke lebih Sabang, bisa lebih dari 5.400 kilometer," ujar Nasir.
Nasir mengatakan, dengan luas wilayah laut yang besar, terbesar nomor dua di dunia, jumlah tangkapan ikan Indonesia seharusnya besar pula. Namun anehnya, Indonesia sekadar menjadi negara dengan total tangkapan ikan terbesar ketiga hanya di wilayah Asia Tenggara.
"Ini aneh kan? Ada sesuatu yang salah," ujar Nasir.
Nasir mengatakan, pemerintah Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo telah mulai memperbaiki hal itu. Kementerian Kelautan dan Perikanan mengambil langkah meledakkan kapal-kapal penangkap ikan ilegal. Jumlah tangkapan ikan Indonesia meningkat karena hal itu.
Hal yang dibutuhkan saat ini adalah sumber daya manusia untuk mengelola kekayaan laut berupa ikan yang jumlahnya mulai melimpah.
Nasir menyatakan komitmennya, Kementeristek Dikti, menjadi lembaga yang menjamin ketersediaan sumber daya. Hal yang dilakukan adalah mengarahkan fokus perguruan tinggi di wilayah terpencil, seperti Polnustra, sesuai karakteristik daerahnya. Polnustra di Pulau Sangihe, yang berada di gugus kepulauan Sangir di sebelah utara Pulau Sulawesi, merupakan contoh perguruan tinggi yang terus didukung menyediakan sumber daya manusia di bidang kemaritiman.
Kemenristek Dikti sendiri telah menggelontorkan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp43,8 miliar di tahun 2015 yang digunakan Polnustra untuk membangun antara lain, pusat budi daya ikan tawar, simulator navigasi pelayaran, serta beberapa alat transportasi laut. Nasir meresmikan semua fasilitas yang dibiayai APBN itu hari ini.
"Sesuai kebijakan kami, saat suatu daerah memiliki potensi khusus, maka perguruan tinggi di sana yang mengembangkan potensi itu. Di daerah ini, ada banyak gugus pulau. Ada Talaud, Sitaro. Di sini, bidang kebaharian yang menjadi utama (untuk dijadikan fokus perguruan tinggi)," ujar Nasir.