Kapolri Tak Tahu China Minta Barter Tahanan Uighur

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
Sumber :
  • Syaefullah/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Pemerintah China meminta Indonesia membebaskan warganya yang beretnis Uighur yang ditahan Indonesia. Pasalnya, China merasa berjasa dalam menangkap buronan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Badrodin Haiti mengaku tidak tahu atas permintaan barter Pemerintah China tersebut. Badrodin juga mengatakan, kalaupun ada itu tidak masuk dalam wewenang Kepolisian. Pasalnya, kata dia, Kepolisian hanya memiliki wewenang menangani suatu kasus berproses sampai pengadilan.

"Sampai sekarang tak ada (barter). Kita tangani (kasus) kalau sudah proses ke pengadilan. Jadi soal barter bukan wewenang saya," ungkap Badrodin di kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 21 April 2016.

Badrodin mengungkapkan, memang ada empat orang Uighur yang sudah divonis tetap oleh pengadilan. Akan tetapi, dirinya kembali menegaskan, ia tidak tahu ada permintaan untuk barter empat tahanan tersebut dengan buronan kasus BLBI Samadikun Hartono. "Empat sudah divonis sudah inkrah, bukan tanggung jawab saya. Tapi ke saya tak pernah ada omongan begitu (barter)," ujar Badrodin.

Untuk diketahui, sejauh ini, ada sekitar 5 orang lebih warga Uighur yang diduga bergabung kelompok teroris di Indonesia yang sudah tertangkap. Empat di antaranya telah divonis 6 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 2015 setelah ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka ditangkap pada 2014 karena diduga bergabung kelompok radikal Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di bawah pimpinan Santoso alias Abu Wardah.

Satu Lainnya berhasil dibekuk di Bekasi, Jawa Barat pada akhir 2015 lalu. Warga etnis Uighur, China, itu diduga disiapkan menjadi pengantin bom bunuh diri pada sejumlah aksi terorisme yang direncanakan pada Desember 2015.

Kemudian dua terduga teroris yang ditembak mati di Poso pada Maret 2016 kemarin juga disebut-sebut sebagai warga suku Uighur. Namun polisi masih mendalami dugaan tersebut. Dua Jasad itu masih diidentifikasi di RS Bhayangkara, Palu.

(mus)