Jurnalis VIVA.co.id Juarai Frans Seda Journalism Competition
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Wartawan VIVA.co.id, Dwi Royanto, mendapatkan penghargaan sebagai juara pertama kategori karya jurnalistik terbaik dalam ajang Frans Seda Journalism Competition 2016. Ajang bergengsi itu adalah rangkaian pencarian nominasi Frans Seda Award yang digelar Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.
Melalui tulisannya, Royanto menulis kisah Kadiyono, seorang tokoh lokal yang menginspirasi di bidang pendidikan dan kemanusiaan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Tulisan itu berjudul
Royanto ialah jurnalis VIVA.co.id yang bertugas di Semarang, Jawa Tengah. Dia menjelaskan latar belakangnya menulis kisah Kadiyono karena melihat sang tokoh sangat yang layak diapresiasi.
"Selain menginspirasi, ketulusan hati dan kecintaannya terhadap dunia pendidikan membuatnya rela melakoni apa saja untuk tak lelah berjuang," kata Royan saat mempresentasikan karyanya dalam Media Gathering Jurnalis di kampus Unika Atmajaya, Jakarta, kemarin.
Perjuangan Kadiyono saat dia mendirikan sekolah luar biasa (SLB) gratis untuk para siswa berkebutuhan khusus di tempat tinggalnya tidak mudah. Untuk membiayai SLB itu dia rela melakoni sebagai penambal ban setiap malam. Dia tak mendapat bayaran atau bantuan sepeser pun dari pemerintah.
Karya tulis kategori features itu, kata Royan, adalah bagian kecil dari kisah perjuangan Kadiyono. Harapannya, kisah kecil tokoh warga Kendal itu mampu membuka mata pemerintah untuk lebih peduli memikirkan para guru di pelosok daerah, terutama yang berjuang untuk anak berkebutuhan khusus.
"Ini adalah kritik sekaligus inspirasi bagi pemerintah dan para guru di Indonesia," ujar pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, itu.
Terenyuh
Maria Andriana, seorang Dewan Juri Frans Seda Journalism Competition 2016, menjelaskan bahwa, tulisan jurnalis VIVA.co.id yang berjudul Kadiyono, Tukang Tamban Ban Dirikan SLB Gratis sangat sesuai tema lomba. Tokoh yang ditulis sangat menginspirasi di bidang pendidikan dan kemanusiaan.
Secara khusus, ia mengaku sangat mengapresiasi karya tulis Royanto yang mengangkat kisah inspiratif tokoh pendidikan di Kendal itu. Ia menilai, selain menggelitik, tulisan soal Kadiyono itu mampu membawa imajinasi pembaca untuk merasakan langsung sang tokoh.
"Tata bahasa yang disusun juga menarik. Saya pribadi sempat terenyuh dan menitikkan air mata saat membacanya. Sangat menginspirasi dan menyentuh," kata Maria.
Frans Seda Award
Frans Seda Award adalah sebuah penghargaan yang dirintis Yayasan Atma Jaya. Nama itu terinspirasi dari nama seorang negarawan Indonesia bernama Frans Seda (1926-2009), yang juga tokoh perintis dan pendiri Atma Jaya.
Penghargaan itu diselenggarakan dua kali setahun dan diberikan khusus bagi dua insan muda Indonesia yang mendedikasikan diri bagi aktivitas pendidikan dan kemanusiaan.
Dalam lomba itu, jumlah peserta untuk karya video sebanyak 30 jurnalis. Karya tulis ada 50 jurnalis. Masing-masing mengirimkan lebih satu karya dengan total 100 lebih karya.
Dewan Juri yang terlibat, antara lain, Dr Soetomoe (lembaga pers), Priyambodo (Dewan Pers), Maria Andriana, Encub Subekti, Jufri Alkatiri, dan Setiono (Dosen Unika Atma Jaya).