Warga Manado Galang Dana Bebaskan WNI Disandera Abu Sayyaf

Ilustrasi / Kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id - Program salah satu operator telekomunikasi untuk donasi perjuangan pembalap Formula 1, Rio Haryanto, tidak sepenuhnya didukung warga Kota Manado, Sulawesi Utara. Mereka menilai donasi pulsa Rp5.000 kepada Rio adalah tindakan yang belum tepat.

“Rasanya aneh mau bantu dia yang hanya berdasar pada hobi. Justru yang perlu dibantu dan dikhawatirkan adalah tiga warga Sulut yang disandera teroris Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Saya siap donasikan uang untuk korban yang disandera sehingga mereka bisa dibebaskan," kata Vendi Lera, warga Kelurahan Singkil, Kota Manado, pada Rabu, 19 April 2016.

Dia mendesak pemerintah berupaya keras untuk menyelamatkan para sandera ketimbang memikirkan pembalap yang belum terlalu butuh pertolongan. Apalagi, sampai sekarang belum ada kabar pasti apakah korban masih hidup.

“Kalau saya diberikan kesempatan untuk menyelamatkan tawanan itu, jangankan lima ribu rupiah yang diminta, saya kasih lima ratus ribu rupiah asalkan dibebaskan," katanya.

Senada disampaikan Eva Aruperes, warga Kelurahan Wenang Selatan, Kota Manado. Menurut dia, pemerintah harus memperhatikan keselamatan warga negara Indonesia yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf itu, sebab untuk membantu Rio kapan saja bisa.

“Mau berapa banyak lagi yang ditahan. Kalau saya lebih mengutamakan hal tersebut. Kemudian bantuan donasi lima ribu rupiah bagi saya itu tidak terlalu penting," ujarnya.

Eva juga siap jika diberikan kesempatan untuk menyumbangkan uang bagi pembebasan tahanan Abu Sayyaf. Sebab, keselamatan warga lebih penting daripada hobi yang bisa dilakukan kapan saja.

“Saya berharap warga Sulut turut berempati dengan kondisi ini. Kalau mau menyumbang untuk balapan saya menyesal, tapi untuk membebaskan mereka saya berikan dengan tulus hati," ujarnya.

Sudah hampir sebulan 10 awak kapal Tugboat Brahma 12 disandera kelompok militan Abu Sayyaf, dan tiga di antaranya adalah warga Sulawesi Utara, yakni kapten Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, dan Alvian Elvis Repi. Peristiwa serupa terjadi pada kapal tugboat yang memuat batu bara. Seorang tertembak dan empat lainnya disandera.