Demi UN, Sekolah di Aceh Sewa Genset Rp1 Juta per Hari
- VIVA.co.id/Zulfikar Husein
VIVA.co.id – Kekhawatiran pasokan listrik yang stabil selama Ujian Nasional Berbasis Komputer masih menghantui sekolah di Provinsi Aceh.
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lhokseumawe misalnya, lantaran khawatir aliran listrik putus, sekolah akhirnya terpaksa menyewa genset untuk menjaga kenyamanan siswa saat ujian berlangsung.
“Selama ini kami lihat listrik di daerah kami sangat sering padam, makanya kami menyediakan genset. Memang sudah dijamin sama pemerintah dan PLN, tapi kami kan tidak berani jamin kalau tiba-tiba padam,” ujar Nurasma, kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Senin 4 April 2016.
Keputusan sekolah menyewa genset tersebut, menurut Nurasma, berangkat dari pengalaman mereka saat uji coba pelaksanaan UN berbasis komputer pada bulan lalu. Di mana terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba. Akibatnya, siswa terpaksa mengulang kembali proses ujian.
“Kami sewa selama tiga hari, dipakai atau tidak kami tetap harus bayar Rp1 juta per hari, jadi semua Rp3 juta,” kata Nurasma.
Batal Ujian
Di Surabaya, sebanyak 26 siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Dr. Soetomo terpaksa tidak bisa mengikuti UN berbasis komputer.
Penyebabnya, karena tidak tersambungnya koneksi antara server lokal dan pusat. Naskah soal UN pun akhirnya tidak bisa dimunculkan.
"Jadi, tidak bisa tersambung atau konek dengan server pusat," kata Kepala SMK Dr. Soetomo, Juliantono Hadi.
Juliantono mengaku sudah melaporkannya kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Sayang, hingga berita ini ditulis masih belum ada penanganan dari Dinas Pendidikan.
"Saya berharap bisa segera diselesaikan, karena ruangan yang tokennya rusak ini akan ada tiga sesi ujian," katanya.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Suli Daim yang melakukan peninjauan di SMK Dr. Soetomo menyebut persoalan serupa tidak hanya ditemukan di satu sekolah. Melainkan juga di beberapa sekolah di Surabaya.
Di antaranya SMA Budi Sejati, SMA IPIEMS, dan SMK Prapanca. Ketiga sekolah itu menurut Suli, sebenarnya tidak siap melakukan UNBK.
Namun, mereka tetap dipaksakan melaksanakan UNBK. "Ini temuan kami sementara, setelah sidak tadi, tapi kemungkinan juga ada di sekolah lainnya," katanya.