Komputer Terbatas, Siswa Harus Ujian Nasional Bergantian
- VIVA.co.id/Zulfikar Husein
VIVA.co.id –Tahun ini pemerintah menggelar Ujian Nasional bagi murid SMP dan SMA tingkat akhir dengan berbasis komputer secara massal. Namun ujian berbasis komputer itu belum bisa diterapkan di semua sekolah di Tanah Air.
Keterbatasan prasarana membuat tidak semua sekolah memfasilitasi ujian semi online lewat komputer tersebut. Ini yang dirasakan di sejumlah daerah, salah satunya di Kabupaten Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Hanya delapan sekolah yang menggelar ujian nasional berbasis komputer.
“Tahun ini kita baru mampu delapan sekolah yang ikut UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer). Sisanya masih manual ujian nasional secara tertulis seperti sebelum-sebelumnya,” ujar Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, Senin 4 April 2016.
Di salah satu sekolah, SMA Negeri 1 Lhokseumawe, bahkan terpaksa menerapkan sistem bergiliran untuk siswa mereka. Sehingga dalam satu hari pelaksanaan akan ada tiga gelombang siswa yang ikut ujian nasional.
“Jadi, satu hari ada tiga ronde, siswa saling bergantian ikut UN-nya, pukul 8 sampai pukul 10, kemudian masuk yang jam 10 sampai jam 12, begitu seterusnya,” ujar Kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe Nurasma.
Sekolah unggul ini hanya mampu menyediakan 150 komputer. Sementara siswa kelas III yang ikut UNBK di sekolah tersebut berjumlah 429 siswa. “Makanya kami terpaksa buat (sistem) ronde,” kata dia.
UN Lancar
Di Kota Bogor Jawa Barat, penyelenggaran UN berbasis komputer berlangsung lancar. Meski sempat diwarnai lambannya koneksi server internet, namun tidak menjadi kendala berarti.
Kepala Seksi Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bogor Jajang Koswara mengaku secara keseluruhan pelaksanaan UN Berbasis Komputer di Kota Bogor diikuti 28 sekolah. "Ada 15 SMKN, 12 SMA, dan 1 MA," katanya.
Nurul Azmi, salah seorang peserta UN mengaku tidak mengalami masalah saat mengerjakan soal tersebut. Karena, pihak sekolah sudah berapa kali melakukan simulasi. "Alhamdulillah, kami bisa mengerjakannya," kata Nurul. (ren)