Orang Tua Rinaldi Belum Tahu Anaknya Disandera Abu Sayyaf
Rabu, 30 Maret 2016 - 13:48 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Sahrul Ramadhan
VIVA.co.id - Seorang di antara sepuluh warga Indonesia awak kapal yang disandera milisi Abu Sayyaf di Filipina adalah Rinaldi (25 tahun). Dia adalah warga Jalan Tinumbu Lorong 132 J, Kelurahan Layang, Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan.
Baca Juga :
Rinaldi alias Aldy Rimba selama ini bermukim bersama bibinya, Hamsyiah, di Makassar. Ayah dan ibunya sudah lama bercerai tapi belum diketahui di mana mereka bermukim. Hamsyiah menolak menjelaskan perihal orang tua kandung Rinaldi.
Hal yang pasti, kata Hamsyiah, ayah dan ibu Rinaldi belum mengetahui bahwa anak mereka kini disandera kelompok militan di Filipina. Dia hanya berharap keponakannya segera dibebaskan dengan selamat.
"Kita dari keluarga cuma berharap itu dulu, mudah-mudahan pemerintah cepat bisa bebaskan saya punya keponakan itu. Kasihan dia," ujar Hamsyiah saat ditemui di rumahnya pada Rabu, 30 Maret 2016.
Hamsiyah mengaku sempat ragu dengan informasi awal yang beredar di media mengenai penyanderaan kapal oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina. Namun setelah terus mengikuti perkembangan di berbagai media, ia mulai yakin bahwa satu di antara sepuluh kru kapal itu adalah Rinaldi, kemenakannya.
Hamsiyah dan beberapa warga juga sudah mulai menggelar doa bersama untuk keselamatan Rinaldi dan para rekannya sejak Selasa malam. Sejauh ini yang ia ketahui perusahaan tempat bekerja Renaldi dengan pemerintah sedang bernegosiasi dengan kelompok itu untuk membebaskan para sandera.
Pamit berlayar
Dihubungi terpisah, Muhammad Nur, salah satu kerabat, menjelaskan bahwa Rinaldi sebenarnya kelahiran Wotu, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Rinaldi tinggal bersama bibinya di Makassar setelah kedua orang tuanya bercerai, meski tak disebutkan sejak kapan.
Rinaldi, kata Nur, memang bersekolah khusus bidang pelayaran karena ingin menjadi pelaut. Selepas lulus sekolah pada Januari 2016, Rinaldi pamit kepada keluarga di Luwu Timur untuk pergi berlayar dan belum diketahui sampai kapan.
“Setelah menyelesaikan pendidikannya di Barombong, ia sempat kembali ke kampung halaman dan pamit ke keluarga di Wotu, dengan alasan ingin berlayar dan mencari pengalaman,” kata Nur.
Rinaldi juga menemui untuk berpamitan kepada teman-temannya di Luwu Timur. Dia menyampaikan kepada teman-temannya tentang tekadnya menjadi pelaut.
Fitriani, tante lain Rinaldi, sangat berharap keponakannya segera dibebaskan. Dia mendesak pemerintah mengerahkan segala kekuatan untuk membebaskan Rinaldi dan sembilan awak yang lain.
“Berharap Pemerintah Kabupaten dan Provinsi dapat memberikan bantuan terkait adanya dua warga Luwu Timur yang saat ini disandera di Filipina. Mudah-mudahan pemerintah dapat membantu dengan menggalang dana. Karena kelompok yang melakukan penyanderaan meminta uang tebusan,” ujarnya.