UNESCO Tetapkan Taman Nasional Banyuwangi Jadi Cagar Biosfer
- Antara/ Seno S
VIVA.co.id – United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), menetapkan Taman Wisata Alam Gunung Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai jaringan Cagar Biosfer Dunia.
Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyebut, penetapan tersebut dilakukan dalam sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke-28, di Lima, Peru pada 18 - 20 Maret 2016.
Kedua situs hayati ini tergabung dalam Cagar Biosfer Blambangan dan Taman Nasional Meru Betiri, serta Taman Nasional Baluran, Banyuwangi.
"Cagar Biosfer merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerja sama program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan," ujar Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto, dalam rilis tertulis dari Humas Pemkab Banyuwangi, Kamis, 24 Maret 2016.
Dijelaskan, sejak 2015 lalu, Cagar Biosfer Blambangan telah diusulkan menjadi bagian dari jaringan Cagar Biosfer Dunia.
"Penetapan ini menunjukkan komitmen Indonesia, terutama daerah, akan pentingnya upaya perlindungan sumber daya alam dan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan," lanjutnya.
Purwanto menyebut, Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena memenuhi syarat sebagai bagian jaringan cagar biosfer dunia. "Di antaranya memiliki keunikan, baik keanekaragaman hayati maupun budaya masyarakat lokalnya," katanya.
Menjadi cagar memiliki beberapa keuntungan. Pertama, keuntungan ekologi, sumber daya alam hayati dan budaya di dalam cagar biosfer akan terlindungi dan terkelola baik.
Selain itu, keuntungan ekonomi, pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
"Dan, keuntungan sosial budaya dan capacity building untuk pengembangan ilmu pengetahuan," tambahnya.
Menanggapi hal ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, menyambut baik penetapan Cagar Biosfer Blambangan ke dalam jaringan Cagar Biosfer Dunia. Menurut Anas, hal ini menjadi nilai tambah bagi Banyuwangi yang mengangkat konsep ekoturisme dalam pengembangan pariwisata.
"Program Cagar Biosfer selaras dengan komitmen kami dalam mengusung konsep pengembangan wisata yang menyuguhkan keindahan lingkungan. Ini juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan," jelas Anas.
Anas menambahkan, Banyuwangi juga memiliki sejumlah program menjaga kelestarian alam, seperti Sedekah Oksigen. Lewat gerakan ini, Pemkab Banyuwangi melakukan gerakan penanaman pohon dan pengembangan hayati.
"Termasuk juga penyebaran bibit pohon bernilai ekonomis seperti durian merah. Ribuan bibit durian merah kami sebar dalam beberapa tahun terakhir. Tahun ini kami menambah 5 ribu benih durian merah," tegasnya.
Cagar Biosfer Blambangan meliputi kawasan seluas 678.947,36 hektare, terbagi dalam tiga zona. Yaitu area inti seluas 127.855,62 hektare, meliputi empat kawasan konservasi yang terdiri atas Taman Nasional Alas Purwo, TN Baluran, dan TN Meru Betiri, serta Cagar Alam Kawah Ijen dengan zona penyangga seluas 230.277,4 hektare dan area transisi 320.814.34 hektare.
Untuk diketahui, konsep cagar Biosfer digagas UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 669 kawasan di 120 negara di dunia.