Malang Mencekam, Polisi Berlakukan Jam Malam

Mahasiswa asal NTT menunggu bus untuk mengantar mereka pulang ke kampung halaman, Rabu (23/3/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A Pitaloka

VIVA.co.id – Ratusan mahasiswa asal Kabupaten Sumba, Sumba Barat Daya, dan beberapa daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggalkan Malang setelah terjadi bentrok berdarah yang menewaskan seorang mahasiswa asal Maluku pada Minggu dini hari, 20 Maret 2016. Kondisi masih mencekam, aparat Kepolisian dan Kodim setempat meminta kampus memperketat pengawasan kegiatan mahasiswa.

Kapolres Malang Kota, AKBP Decky Hendarsono, mengatakan, kampus seharusnya meniadakan kegiatan pada malam hari. Kampus harus membatasi jam kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran tak berlangsung hingga petang. Namun, bila ada kegiatan yang harus berlangsung hingga malam hari, maka pihak kampus diminta melaporkan kegiatan tersebut kepada kepolisian setempat.

“Keculi kalau gedungnya dipakai resepsi pernikahan, itu lain lagi. Untuk kegiatan lain non-studi seharusnya tidak di dalam kampus dan kegiatan malam sebaiknya tidak ada lagi," kata Decky di Malang, Jawa Timur, Kamis 24 Maret 2016.

Selain itu, Kapolres juga meminta mahasiswa dan warga untuk tidak membawa senjata tajam.
 
"Tidak hanya di Malang, di Surabaya, di manapun membawa senjata tajam bisa dihukum berat. Kebiasaan membawa senjata tajam jangan dijadikan pembiaran,” katanya lagi.

Saat ini, polisi dalam proses mengungkap pelaku pembunuh Nasehen Leplepem alias Moger (22) mahasiswa STIMIK ASIA asal Maluku Tenggara. Perkelahian berujung pembunuhan Moger terjadi di kawasan sekitar Universitas Wisnuwardhana. Hingga saat ini, polisi telah menetapkan 3 tersangka sementara 1 orang lagi masih buron.

“Tersangka ditemukan dulu, agar masing-masing pihak menyadari bahwa semua sudah diproses hukum,” katanya.

Sekitar 300 orang mahasiswa asal NTT memilih pulang kampung dengan adanya kasus tersebut. Masih mencekamnya wilayah kampus di Malang juga dipicu adanya  penyebaran pesan pendek dan berbagai pesan di media sosial yang mengabarkan rencana serangan balasan dari komunitas mahasiswa lain kepada mahasiswa Sumba asal NTT.

Namun Kapolres meminta agar informasi yang beredar tak serta-merta diterima sebagai kebenaran. Polisi, kata Kapolres, akan melakukan tugas pengamanan hingga pengusutan kasus pembunuhan.