Pilot Heli Jatuh di Poso Beberapa Kali Selamat dari Musibah

Almarhum Kapten Cpn Agung Kurniawan saat prosesi pernikahan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Daru Waskita.

VIVA.co.id - Meninggalnya pilot Helikopter TNI AD yang jatuh di Poso, Kapten Cpn Agung Kurniawan, membuat keluarga besarnya syok. Mereka kaget dan sangat terpukul atas musibah yang menimpa almarhum.

Dwi Maryadi saudara sepupu dari Kapten Agung mengatakan bahwa Agung merupakan putra sulung dari empat bersaudara pasangan Ponimin dan Sumirah. Sejak kecil, Agung tinggal di Brongtokusuman. Sementara ayahnya bekerja sebagai anggota TNI AD sehingga sering pindah tugas.

"Meski ayahnya sering pindah tugas namun Agung dan tiga adiknya tinggal di Brongtokusuman," kata Dwi, Senin, 21 Maret 2016.

Almarhum menyelesaikan sekolah dasar di SD Pujokusuman, selanjutnya sekolah di SMP 16 Kota Yogya dan SMA di Muhammadiyah 2 atau Muhammadiyah Kota Yogya.

"Setelah lulus SMA, almarhum diterima di Akmil Magelang dan lulus tahun 2003," ujarnya.

Karena prestasinya, almarhum Agung lantas disekolahkan ke sekolah penerbang di Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan setelah lulus ditempatkan di Semarang, Jawa Tengah.

"Dalam waktu yang tidak lama ayahnya pensiun dari TNI dan memilih tinggal di Ambarawa yang merupakan tempat kelahiran ibu dari Kapten Cpn Agung," ujar Dwi.

Keinginannya menjadi anggota TNI sudah bisa terlihat semenjak almarhum memasuki sekolah SMP dan SMA yang selalu disiplin seperti yang diajarkan oleh ayahnya.

"Dan memang cita-citanya ingin menjadi anggota TNI," tuturnya.

Setelah berdinas di Semarang, almarhum berkenalan dengan Tri yang kini menjadi istri dan dikarunia tiga orang anak.

"Ayah dan ibunya memang tinggal di Ambarawa namun almarhum bersama istri adan anaknya tinggal di rumah dinas di komplek TNI AD di Semarang," kata Dwi lagi.

Sebelum mengalami kecelakaan helikopter di Poso, almarhum hampir juga pernah mengalami hal yang sama namun selamat.

"Pernah heli mendarat darurat di Solo, bahkan heli yang jatuh di Medan seharusnya almarhum yang menjadi pilot namun karena kecelakaan sepeda motor akhirnya temannya yang menggantikannya," ungkapnya.

Namun jalan Tuhan tidak bisa ditolak, saat bertugas di Poso, heli yang dibawa almarhum justru mengalami kecelakaan. Semua kru dan penumpang meninggal dunia.

"Ya ini mungkin garis takdir dari Tuhan. Kami keluarga besar tak percaya atas kepergian suadara saya. Namun kami bangga saudara saya meninggal dalam tugas negara," ungkapnya.

Keluarga besar di Yogyakarta sendiri kata Dwi menginginkan jenazah di Makamkan di Karangayar, Mergangsan. Namun oleh pimpinan TNI akan dimakamkan secara bersama-sama di TMP Kalibata dan seluruh keluarga menerimanya.

"Kedua orang tua, istri anak dan keluarga dari istri di Semarang sudah berangkat ke Jakarta," katanya.

Helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 jatuh di atas perkebunan Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Minggu, 20 Maret 2016, sekitar pukul 17.55 WITA. Akibat musibah tersebut, seluruh penumpang sebanyak 13 orang meninggal dunia terdiri dari 7 penumpang dan 6 kru.

Markas Besar TNI mengonfirmasi bahwa para perwira dan personel yang ada di dalam helikopter itu tengah dalam tugas operasi perbantuan kepada Polri di Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Namun, mereka membantah jika kecelakaan akibat serangan dari teroris kelompok Santoso.

Berikut daftar 13 korban yang meninggal tersebut:

Penumpang:

1. Kolonel Inf Saiful Anwar (Danrem 132/Tadulako).
2. Kolonel Inf Heri (BAIS).
3. Kolonel Inf Ontang (BIN).
4. Letkol CPM Tedy (Dandenpomad Palu).
5. Mayor Inf Faqih (Kapenrem 132 Tadulako).
6. Kapten Yanto (Demkes Korem132 Tadulako).
7. Prajurit Dua Kiki (ADC Danrem 132 Tadulako).

Kru helikopter:

8. Kapten Cpn Agung (Pilot).
9. Lettu Cpn Wiradi (Copilot).
10. Letda Cpn Tito (Copilot).
11. Serda Karmin (Mekanik).
12. Sertu Bagus (Mekanik).
13. Pratu Bangkit (Avionic).