Gagal Nikahi Pacar Prianya, Andi Ingin Jadi Laki-laki Sejati

Ilustrasi kelompok LGBT.
Sumber :
  • REUTERS/Cathal McNaughton

VIVA.co.id – Andi Budi Sutrisno pria yang gagal menikah dengan pacar prianya rupanya dikenal pandai mengaji di kampung tempat tinggalnya. Pria usia 27 tahun yang akran disapa Andini itu bahkan berkeinginan memberangkatkan haji kedua orangtuanya yang telah berusia renta.

Sejak kecil, Andini bahkan menjadi pria yang terbilang paling pandai mengaji di antara teman-teman lain di kampung Kemejing, Desa Teges Wetan, Kepil, Wonosobo.  Beberapa kali ia sempat diminta untuk menjadi guru ngaji menggantikan ustaznya di kampung.

"Guru ngaji saya namanya Pak Sumitro. Saya  dulu sempat diminta ganti beliau mengajari ngaji anak-anak, " kata Andi kepada VIVA co.id, Minggu, 20 Maret 2016.

Diakuinya, sikap kewanitaan Andi mulai muncul saat lulus sekolah dasar. Kondisi itu bukan merupakan keinginan Andi. Bahkan sampai saat ini, Andi masih berkeinginan untuk menjadi laki-laki sejati, apalagi setelah gagal menikahi pria idamannya.

"Tapi sejak saat itu saya tak pedulikan kata orang. Yang ada dipikiran saya, saya memang seperti ini dan harus bertahan menjadi tulang punggung keluarga saya," kata Andi.

Andi bercerita, sejak kecil Andi telah berkeinginan untuk memberangkatkan ayahnya, Suroto (65) dan ibunya Suminah (60) berhaji ke tahan suci. Sebab dari kedua orangtuanya-lah Andi dibesarkan dengan pendidikan agama yang cukup kuat.

"Saya mau melakukan apa saja asalkan orangtua saya bahagia. Kalau saya sukses yang pertama saya lakukan berangkatkan bapak sama ibu ke Mekah," kata Andi.

Baik Suroto maupun Suminah, hanya bisa menggantung harapannya pada putranya  Andi. Mereka bukan orang berada yang punya lahan pertanian seperti tetangga di kampungnya. Hanya tanah sepetak yang ditinggali itu merupakan harta satu-satunya.

Suroto adalah seorang pencari rumput selalu saja sakit karena faktor usia. Sedangkan isterinya Suminah, kini sudah divonis penyakit stroke sejak beberapa tahun lalu.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup dan berobat orangtuanya, Andi kini harus berjuang mencari penghasilan lewat menari dan mengojek di daerahnya. Selain untuk makan sehari-hari, uang yang didapat Andi digunakan untuk memeriksakan orangtuanya di rumah sakit tiap dua pekan sekali.