Makan di Warung, Pejabat Ini Bayar Pakai Plastik

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Sumber :
  • VIVA co.id/ Dwi Royanto.

VIVA co.id – Matahari di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, sudah hampir tenggelam. Tapi, lalu lalang truk pengangkut sampah masih hilir mudik di kawasan yang menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di Kota Semarang itu.

Di tengah aktivitas beragam di kawasan TPA, ada satu bangunan warung yang cukup menarik perhatian mata. Namanya 'Kantin Sampah Gas Metha'.

Bangunan kayu bercat merah itu terus ramai dikerumuni sejumlah orang. Mereka adalah para pemulung pemburu sampah TPA yang tengah beristirahat.

Menariknya, di antara kerumunan orang yang tengah bersantap makan, rupanya ada juga sosok Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Tak seperti pejabat pada umumnya, pria yang akrab disapa Hendi itu ternyata turut serta makan siang di warung yang akrab disebut kantin sampah itu.

Sesekali, Hendi yang mengenakan baju batik warna cokelat itu berbincang asyik dengan pemilik kantin. Keduanya adalah pasangan suami istri Suyatmi (42 tahun) dan Sarimin (54).

"Bu, katanya di sini kalau mau makan bayarnya pakai sampah plastik. Kalau gitu saya mau nukar plastik dan makan di warung ibu," kata Hendi kepada Suyatmi di kantin sampah miliknya, belum lama ini.

Suyatmi dan Sarimin pun langsung menanggapi pertanyaan orang nomor satu di Semarang itu.

"Ya Pak, biasanya kalau 20 kilogram, saya hargai Rp8.000. Satu kilonya Rp400. Biasanya para pemulung yang makan dan tukar sampah di sini, " ujar Suyatmi.

Saat itu, Hendi pun langsung menimbang satu pak plastik yang sengaja disiapkan untuk bersantap makan di kantin milik Suyatmi. Sarimin lalu mengambil timbangan kecil untuk menimbang berat plastik yang dibawa Hendi. Setelah ditimbang, plastik milik Hendi seberat 15 kilogram yang jika dinominalkan seharga Rp6000. Kemudian mempersilahkan Wali Kota untuk makan di selasar warung.

"Monggo pak. Ini sampah plastiknya dapat nasi sama sayur genjong (sayur serupa bayam) dan ikan asin, " ujar Suyatmi sambil membawakan sepiring nasi kepada Wali Kota.

Sambil menikmati makanan di kantin sampah, Hendi pun terus berbincang dengan pemilik warung. Politisi PDI Perjuangan itu mengaku sangat mengapresiasi inisiatif pasangan suami istri asal kabupaten Rembang, Jawa Tengah, itu.

"Bu Suratmi dan Pak Sarimin ini luar biasa. Kantin sampah ini sangat mendukung program pemerintah, yang kini masih gencar melawan sampah plastik. Bapak dan ibu adalah pahlawan karena mewujudkan program itu," kata Hendi.

Ia menginginkan agar konsep-konsep kreatif seperti kantin sampah terus diberdayakan. Warga akan mendapatkan pemahaman tentang pengolahan sampah menjadi barang yang lebih berguna. Sehingga mampu menumbuhkan ekonomi warga.

Selain itu, pemerintah juga bisa terbantu karena sampah plastik yang menjadi persoalan utama di Indonesia bisa terpecahkan solusinya.

"Ini mendukung program pemerintah memerangi sampah plastik. Kalau pusat kan programnya kantong plastik berbayar. Nah, di Semarang ada kantin sampah berbayar dengan kantong plastik, " jelas Hendi.

Kantin sampah milik Suyatmi dan Sarimin digagas sejak 1 Januari 2016 lalu. Meski masih tergolong baru, inisiatif warung unik ini selain untuk kepedulian lingkungan, tapi juga membantu para pemulung yang kesulitan keuangan untuk makan sehari-hari.

Selain mendapat untung dari sampah plastik, Suyatmi dan Sarimin juga dapat memanfaatkan gas metan atau biogas yang diproduksi dari sampah-sampah di TPA Jatibarang. Energi alternatif itu hasil pemanfaatan gas metana atau CH4 dari timbunan sampah yang merupakan program Pemkot Semarang.

Bahan bakar pengganti gas elpiji ini bisa digunakan secara gratis untuk memasak bahan makanan yang dijual di warung Sarimin dan Suyatmi. Seperti memasak nasi, lauk pauk, gorengan hingga merebus air.

"Maka gas metan gratis yang kita salurkan ke rumah-rumah warga bisa dimanfaatkan sepenuhnya. Kita juga akan fasilitasi warga agar mudah menjual sampah-sampah plastik ini kepada pengepul, " kata Hendi. (one)