Mentawai Butuh Alat Komunikasi Penghubung Antar Pulau
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Bencana gempa 7,8 skala richter di Samudera Hindia dengan kedalaman 10 kilometer di 682 kilometer barat daya Kepulauan Mentawai Sumatera Barat memberi peringatan kepada pemerintah setempat.
Minimnya sarana komunikasi di Kepulauan Mentawai, harus menjadi perhatian. Sehingga, jika terjadi bencana lagi, kondisi dapat segara diketahui.
"Di Mentawai sangat minim sarana komunikasi. Ini menghambat informasi untuk penanganan bencana," kata Ketua DPRD Kabupaten Mentawai, Yosep Sarotdog, Jumat, 4 Maret 2016.
Pada tahun 2010, kata Yosep, Mentawai pernah mengalami bencana tsunami. Kala itu peristiwanya terjadi pada malam hari, dan tidak ada satu pun informasi yang bisa diakses mengenai kondisi warga.
"Baru sore keesokan hari diketahui ada korban. Ini mengkhawatirkan dan sangat menghambat petugas Badan Penanggulangan Bencana untuk melakukan tindakan," kata Yosep.
Sejauh ini, akses komunikasi di pulau yang berjarak sekira 150 kilometer dari Kota Padang itu hanya mengandalkan radio. Itu pun tidak bisa menjangkau seluruh pulau dan belum menjangkau ke ibu kota provinsi.
"Sebab itu, Mentawai butuh alat komunikasi penghubung antar pulau," kata Yosep.
Kabupaten Kepulauan Mentawai secara geografis terdiri dari empat kelompok pulau utama, yakni Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Kepulauan Mentawai sejatinya merupakan serangkaian pulau nonvulkanik atau merupakan puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut.
Kepulauan ini didiami oleh mayoritas Suku Mentawai dan tersebar di 10 kecamatan dengan perkiraan penduduk mencapai lebih dari 70 ribu jiwa. (ase)
Wahyudi Agus/Sumatera Barat