TNI AU Tak Berencana Beli Super Tucano Lagi
- VIVA.co.id/D.A Pitaloka
VIVA.co.id – Empat pesawat Super Tucano telah tiba di Malang, Senin, 29 Februari 2016. Mereka melengkapi perjanjian pembelian 16 unit pesawat antara Pemerintah RI dengan Embraer, pabrik pembuat pesawat dari Brasil, di tahun 2011 lalu.
Namun, kini jumlah pesawat Super Tucano di Skuadron 21 Abdulrachman Saleh Malang hanya tersisa 15 unit, setelah satu pesawat TT 3108 itu mengalami kecelakaan dan terjatuh pada 12 Februari 2016.
Pasca peristiwa itu, Pemerintah tak berencana memesan kembali pesawat baru untuk menggantikan pesawat yang telah rusak tersebut.
“Tak ada usulan lagi untuk menambah," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, Marsma TNI H. RM Djoko Senoputra.
Empat pesawat Super Tucano yang baru merapat di Malang telah melewati sekitar 60-70 jam terbang, selama perjalanan dari Brasil ke Malang sejak 15 Februari 2016. Pesawat itu memiliki spesifikasi serupa dengan 12 pesawat lain yang telah tiba lebih dulu di Malang.
Terkait kecelakaan pesawat Super Tucano di Gang 12 Jalan LA Sucipto, Blimbing, beberapa waktu lalu, Djoko menjelaskan proses penyelidikannya belum selesai.
“Hasil penyelidikan pendahuluan sudah ada, tapi itu untuk pimpinan saja. Kami juga belum boleh tahu hasilnya. Nantinya digunakan untuk bekal penyelidikan tim yang akan tiba di Malang," katanya.
Ada 22 petugas anggota tim penyelidikan yang datang dari Dinas Keselamatan Terbang dan Keselamatan Kerja (Dislambangja) Angkata Udara. Mereka direncanakan tiba di Malang besok, 1 Maret 2016, untuk melakukan penyelidikan lanjutan dan mengungkap penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Sementara itu, sejumlah spekulasi muncul ke permukaan terkait jatuhnya pesawat Super Tucano di perumahan warga sebelumnya. Diantaranya kemungkinan kerusakan bawaan pada sistem atau mesin di pesawat tersebut.
Komandan Wing 2 Pangkalan TNI AU Abdularachman Saleh Malang, Kolonel Penerbang M. Arifin, menjelaskan jika hasil investigasi menemukan ada kerusakan dalam sistem atau mesin Super Tucano TT 3108, maka akan ada mekanisme penggantian dari pabrik.
"Jika memang ada kesalahan pada sistem itu jadi tanggung jawab pabriknya. Akan ada pertanggungjawaban tentang itu,” ungkapnya.
Sebelumnya, .
Akibatnya, empat orang meninggal dunia, yaitu Pilot, Mayor Penerbang Ivy Safatillah, Kopilot sekaligus Juru Mesin Udara Sersan Mayor Syaiful Arief Rakhman, penghuni rumah Erna Wahyuningtyas, dan seorang penghuni indekos, Nur Cholis. (ase)