Basarnas Tak Ikut Campur Penanganan Kecelakaan Super Tucano
Kamis, 11 Februari 2016 - 14:45 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Kepolisian RI tidak bisa mengambil tindakan penuh pada kecelakaan pesawat militer Super Tucano TT-3108 di Kota Malang, Jawa Timur.
Baca Juga :
Basarnas hanya membantu, karena pesawat militer ditangani langsung Tentara Nasional Indonesia (TNI), yakni Angkatan Udara (AU).
"Untuk kecelakaan pesawat di Malang itu yang urus langsung TNI AU. Tetapi, Basarnas kirimkan petugas delapan orang untuk membantu," kata Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas, Mayor Jenderal Heronimus Guru, di Surabaya, Kamis 11 Februari 2016.
Dia menjelaskan, Basarnas hanya bisa masuk untuk menangani kecelakaan transportasi udara dan pelayaran, jika pesawat atau kapal laut milik swasta, atau umum. "Sesuai aturan, kalau itu pesawat militer, TNI langsung yang menangani," kata Heronimus.
Selain alasan itu, Basarnas tidak bisa langsung melakukan tindakan tanggap darurat pada kecelakaan pesawat, atau kapal milik TNI, karena biasanya peralatan pendeteksi lokasi, emergency locator transmiter (ELT) di pesawat/kapal militer tidak terdaftar di sistem pemantau Basarnas, atau Dirjen Perhubungan Udara maupun Laut.
"Seperti kecelakaan pesawat TNI yang di Yogyakarta, Basarnas tahu ada sinyal lokasi pesawat, tetapi kami tidak tahu itu siapa. Berbeda dengan pesawat, atau kapal umum, kita tahu sinyal lokasinya dan tahu itu kapal, atau pesawat apa," kata Heronimus.
Keterangan senada disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi RP Argo Yuwono. Dia mengaku Kepolisian hanya membantu kelancaran proses penanganan dan evakuasi pesawat yang jatuh di Malang, seperti mengatur lalu lintas dan sejenisnya.
"Polri hanya membantu, seperti mengatur lalu lintas dan semacamnya. Itu pun langsung Polres Malang, Polda tidak sampai mengirimkan Labfor (petugas Laboratorium Forensik),” katanya.
Pesawat Super Tucano TT-3108 milik TNI AU mengalami kecelakaan di Blimbing, Malang, Rabu pagi, 10 Februari 2016. Empat orang, pilot dan kopilot, serta dua warga sipil meninggal dunia dalam peristiwa itu. (asp)