Pesawat Jatuh Beruntun, Istana Minta TNI AU Evaluasi Total
- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Istana Kepresidenan turut prihatin atas jatuhnya pesawat latih TNI Angkatan Udara jenis Super Tucano di Malang, Rabu 10 Februari 2016. Menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung, jatuhnya Super Tucano ini tidak lama setelah pesawat milik AU juga jatuh di Yogyakarta pada 20 Desember 2015, yakni T50i Golden Eagle dengan nomor ekor TT5007.
"Yang jelas bahwa ini adalah kejadian yang berikutnya setelah Yogya, maka tentunya ada beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam proses latihan," kata Pramono, di Istana Negara, Jakarta, Rabu 10 Februari 2016.
Pramono mengatakan, TNI AU harus melihat kondisi pesawat apakah layak atau tidak. Sebab, jatuhnya pesawat baik di Malang maupun di Yogyakarta hanya dua penyebabnya yakni human error atau technical error. Pramono menduga, kemungkinan terbesar jatuhnya pesawat tempur itu adalah technical error.
"Sebab kalau dilihat penerbang baik di Yogya atau di Malang ini adalah penerbang lulusan AU, artinya adalah seseorang dengan kemampuan, kapasitas, dan kapabilitas yang mencukupi untuk menerbangkan pesawat," jelas Pramono.
Pesawat ini juga, ternyata didatangkan dari Brasil belum lama ini. Sehingga Pramono yakin, penyebabnya adalah ada sesuatu pada pesawat itu, bukan kesalahan manusia.
"Ini kan menunjukkan sesuatu yang perlu dievaluasi dalam sistem alutsista kita. Apalagi ini digunakan bukan untuk latihan berat yang bersama-sama tapi ini kan latihan ringan dan ini jatuh," kata dia.
Dengan begitu, lanjut Pramono, jatuhnya pesawat di Malang dan Yogyakarta yang tidak terlalu jauh waktunya, menunjukkan ada sistem error pada pesawatnya itu sendiri.
"Kemungkinan adalah technical error, ada sesuatu dalam pesawat tersebut," katanya.
Meski begitu, pemerintah juga menyampaikan belasungkawa terhadap para korban. Dimana diketahui, ada korban meninggal dari warga sipil, yang rumahnya tertimpa pesawat.
"Pada keluarga yang meninggal, pemerintah menyampaikan bela sungkawa dan duka sedalam-dalamnya," kata Pramono. (ren)