Kenapa Begeng Tega Culik dan Bunuh Jamaludin
- Foto: VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id - Kesedihan masih menyelimuti keluarga besar Jubaedah (48), ibunda Jamaludin (7), bocah korban penculikan dan pembunuhan yang ditemukan di kamar mandi sebuah rumah di Jalan Al Baido 1, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 7 Februari 2016.
Jenazah Jamaludin telah dimakamkan di Kampung Sindangsari, Desa Pananjung, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut Jawa Barat. Tangis mengiringi kedatang jasad bocah malang itu. Pemakamanan langsung dilakukan di TPU Tanjung Kemuning, tak lama setelah jenazah korban tiba.
Jubaedah tidak mengetahui kenapa Jamaludin menjadi target penculikan. Sambil berlinang air mata, dia menjelaskan bahwa setelah mendapat pesan dari seseorang bahwa anak bungsunya ada dengan dia, keluarga sekitar pukul 23.00 WIB, kemudian melapor ke Polsek Beji.
"Tidak ada firasat apapun, hanya sewaktu ditunggu-tunggu Jamaludin tak kunjung datang, dan rencana pergi ke Garut ditunda," ujarnya, Senin 8 Febuari 2016.
Sejumlah tetangga korban di Beji Depok sempat menginformasikan bahwa Jamaludin dibawa oleh seorang laki-laki mempergunakan sepeda motor.
"Jadi kami lapor polisi, karena yakin Jamaludin diculik," ujar Jubaedah.
Lanjut Jubaedah, sebelum akhirnya diketahui tewas, si penculik melalui pesan singkat memastikan bahwa Jamaludin masih hidup.
"Dia hanya mengabarkan itu saja, tapi besoknya anak saya meninggal, " katanya.
Hukuman mati
Keluarga almarhum Jamaludin belum bisa menerima kenapa Jm alias Begeng (35) warga Jalan Al Baido 1, Lubang Buaya, Jakarta Timur, tega menghabisi Jamaludin (7). Atas apa yang dilakukan, keluarga berharap Jm dihukum mati.
"Anak saya tak berdosa, tapi pelaku begitu tega. Kami minta penegak hukum memberi hukuman mati, Jm itu tidak berperikemanusiaan," ujar Jubaedah.
Keluarga sangat kaget, karena kematian Jamaludin di kamar mandi rumah Jm alias Begeng (35) diketahui setelah ramai diberitakan.
"Itupun kami tahu melalui media masa, polisi baru memberi kabar," katanya.
Lanjut Jubaedah, sejak kecil Jamaludin lebih banyak tinggal bersama keluarga di Garut, baru tiga bulan lalu, siswa kelas satu SDN 3 Beiji Depok ikut bersama ibu dan kakaknya di Depok.
"Makanya keluarga kami di Garut sangat terpukul, karena anak saya selama ini baik dan periang," katanya.