Virus Zika Masuk Indonesia Sejak 2015

Sumber :
  • VIVA.co.id/ctvnews.ca

VIVA.co.id – Tim peneliti Biologi Molekuler Eijkman (The Eijkman Institute for Molecular Biology) mengaku menemukan di Indonesia sejak tahun 2015. Ini terungkap dari riset mereka sejak Desember 2014 hingga April 2015 pada saat wabah demam berdarah menyerang Provinsi Jambi.

Saat itu, ditemukanlah seorang pria berusia 27 tahun dari 103 orang yang diambil sampel darahnya ternyata mengandung .

FOTO: Ilustrasi/Peneliti memeriksa nyamuk diduga penyebab virus/VIVA.co.id/Getty Image

 

Pria yang diberi nama dengan kode JMB-185 itu, sebelumnya sudah mengupayakan pengobatan di rumah sakit Jambi, dengan keluhan demam tiba-tiba, kepala sakit, nyeri bahu dan lutut serta ruam-ruam.

"Analisis filogenetik menunjukkan bahwa JMB-185 memiliki ," tulis laporan Eijkman di laman websitenya seperti dikutip, Senin 1 Februari 2016.

Beberapa waktu ini, membuat heboh Amerika Selatan. Catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sudah ada tiga hingga empat juta orang yang terinfeksi.

Berawal Dari Monyet
 

, pertama kali ditemukan pada darah seekor monyet di Uganda tahun 1947. Virus ini sesungguhnya tidak mematikan dan memiliki gejala serupa dengan penyakit demam berdarah atau Chikungunya. Karena ini ditemukan di hutan Zika, karena itu virus ini kemudian dinamakan .

FOTO: Ilustrasi/Monyet, binatang pertama kali yang terinfeksi virus Zika

 

Riset peneliti, virus ini ditemukan pertama kali menginfeksi manusia pada tahun 1968 di Nigeria. Ia disebarkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Indikasi infeksi virus ini layaknya penyakit biasa seperti demam, mata merah atau pun ngilu di bagian bahu dan lutut. Sehingga banyak yang mengatakan serangannya mirip virus Chikungunya. Umumnya efek virus ini akan hilang dalam sepekan.

Namun, dari hasil riset selanjutnya. ternyata berdampak buruk bagi janin di dalam kandungan. Ibu hamil yang terinfeksi berkemungkinan akan melahirkan bayi dengan ukuran kepala yang lebih kecil dari semestinya. Brasil menjadi contoh dari kasus ini.

Tak Ada Obat Pasti

Sejauh ini belum ada obat yang bisa digunakan untuk menangkal serangan . Baru ilmuwan asal Kanada Gary Kobinger, yang kini bekerja dalam proyek konsorsium mengklaim telah menemukan obatnya.

Namun demikian, vaksin ini belum diujicobakan ke manusia. Baru di pertengahan tahun ini, vaksin ini akan diujicobakan ke manusia.

FOTO: Bayi di Brazil yang diduga terkena dampak dari serangan virus Zika

 

Dr Amesh Adalja dari University of Pittsburgh Medical Center mengatakan bahwa tidak ada cara pasti untuk melindungi janin di dalam perut wanita hamil. Ia hanya menyarankan pencegahan agar seluruh wanita hamil menghindari berpergian ke wilayah yang terinfeksi virus tersebut.

Pejabat Kementerian Kesehatan Indonesia mengklaim bahwa tidak berkembang di Indonesia. Meski tak menampik ada temuan kasus di Indonesia pada tahun 2014, namun hal itu tidak bisa menjadikan rujukan.

"Perlu dilihat sejarah kontak, pernahkah terkontak dengan bepergian ke daerah terjangkit virus, lakukan pemeriksaan laboratorium, dan harus hati-hai dengan rumor. Hingga kini, virus ini tidak eksis di Indonesia," tutup Oscar Primadi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan.