Adhyaksa Dault: Pengungsi Gafatar Perlu Perhatian Khusus
- VIVA.co.id/ Fajar Ginanjar Mukti
VIVA.co.id – Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, mengatakan Pramuka siap menjalankan revolusi mental untuk menangkal paham-paham radikal seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan memberikan pendekatan secara psikologis untuk menangani eks Gafatar yang saat ini diungsikan di Taman Wiladatika Cibubur.
"Pramuka ini penting untuk anak-anak generasi muda, karena ada dasadarma Pramuka. Ini yang kita imbau kepada pemerintah, bahwa jika bicara revolusi mental, Pramuka paling siap, pertanyaannya apakah pemerintah siap bantu kita?" katanya melalui keterangan tertulisnya, Kamis 28 Januari 2016.
Adhyaksa menjelaskan, bahwa eks Gafatar harus diperlakukan secara baik dan mendapatkan perhatian lebih secara psikologis untuk memberikan pemahaman kalau mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia juga.
"Gafatar perlu perhatian khusus, takutnya seperti gunung es. Mereka (eks Gafatar) itu bagian dari bangsa kita yang harus diluruskan, jangan dijauhkan," tambahnya.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut juga mengatakan bahwa motivasi eks Gafatar adalah ingin mencari kehidupan yang lebih baik atas dasar adanya kesenjangan, baik secara sosial maupun ekonomi. Katanya, Gafatar sudah seperti mendirikan sebuah negara, di mana di dalamnya ada Bupati hingga Menteri dengan jumlah anggota secara keseluruhan mencapai 13 ribu.
"Ini mesti disadarkan, mereka tidak punya apa-apa lagi. Pengungsi ini sebenarnya yang khusus, dipaksakan karena mereka tidak mau keluar," terusnya.
Adhyaksa sangat menyesalkan tindakan yang diambil oleh masyarakat sekitar yang secara anarki mengusir eks Gafatar dengan membakar pemukiman.
"Cara penanganan mereka yang saya sesalkan, kenapa mereka dibakar, tidak manusiawi seperti itu. Menurut saya, kenapa harus dibakar disuruh keluar, mereka bisa masuk lagi melalui transmigrasi misalnya," katanya.
Lebih lanjut dirinya menambahkan, dengan adanya Gafatar tersebut, ia mengungkapkan kekhawatiran akan terjadinya lost generation, di mana banyak sekali generasi muda yang mengikuti paham tersebut. Pendekatan dalam menangani kasus tersebut, katanya harus dilakukan secara hati-hati, karena Gafatar bukanlah sebuah paham yang mengedepankan isu agama.
"Majelis ulama juga harus hati-hati mengeluarkan fatwa, karena mereka ini bukan penganut aliran sesat, tetapi mereka ini adalah ormas, bukan organisasi keagamaan," ujarnya.